CHINA KATHA 1
SERAHKAN SEGALANYA PADA KEHENDAKNYA
Kerinduan menuju ke penyerahan, dan penyerahan memberikan kebahagiaan yang tertinggi. Serahkan segalanya pada kehendaknya, terimalah apa yang terjadi, baik menyenangkan atau pun menyakitkan. Suatu waktu, ada seorang saudagar yang kaya di Bhagdad. Hidupnya saleh dan patuh pada Tuhan. Ia mempunyai seorang putri yang sangat disayangi dan dikaguminya karena ia amat saleh. Ayahnya memutuskan, hanya akan menyerahkan putrinya kepada lelaki muda yang erat hubungannya dengan Tuhan, tidak peduli akan kelebihan atau kekurangannya. Dicarinya calon menantu semacam itu di tempat penginapan khafilah, masjid dan tempat berkumpul yang disukai orang-orang yang saleh. Suatu hari Jumat, dalam sebuah mesjid, dilihatnya seorang pemuda yang tampan sedang berlutut walaupun semua orang telah pergi. Ia berseru memanggil Tuhan dengan penuh kasih sayang dan amat tulus. Didekatinya laki-laki muda itu dan bertanya apakah ia mau menikahi putrinya. Ia berkata: "Saya adalah orang yang paling melarat; atap di atas kepala saya bocor dan lantai tempat saya duduk adalah kerikil. Siapa yang akan kawin dengan pengemis seperti saya ini? Saya akan menikah dengan seseorang yang tidak keberatan pada latihan spiritual saya dan mau hidup dalam kemiskinan bersama saya."
Pedagang itu merasa bahwa ia adalah calon mempelai yang layak dipilih dan pesta perkawinan pun segera dilangsungkan. Putri saudagar itu datang ke rumah fakir tersebut dan mulai membersihkan lantai. Ia bahagia karena suaminya sesuai dengan keinginannya; karena ia juga peziarah di jalan yang menuju Tuhan, seseorang yang melakukan latihan kerohanian. Ketika menyapu lantai, di suatu sudut ditemukannya piring dengan sepotong roti di atasnya. Putri saudagar itu bertanya kepada suaminya: "Mengapa piring itu diletakkan di sana?" Ia menjawab: "Saya menyimpannya, karena jika saya pergi untuk berkeliling besok, mungkin kita tidak akan mendapat makanan yang cukup."
Mendengar ini istrinya menjawab: "Engkau memalukan. Demikian kecil kepercayaanmu pada Allah. Beliau yang memberikan rasa lapar pada kita, apakah Beliau tidak akan memberikan roti pula pada kita? Aku tidak hidup bersama dengan orang yang sifatnya seperti ini. Engkau tidak percaya pada Tuhan yang Maha Pengasih." katanya, dan ditinggalkannya fakir itu sendiri.