CHINA KATHA 1


SADHANA SABARI

 

Sabari berhati lembut dan penuh belas kasihan. Bagaimana ia sampai datang ke Rishi Matangga dan tinggal di pertapaannya adalah suatu cerita yang menarik. Perkawinannya diatur dan diselenggarakan oleh orang tuanya. Sebagai adat kebiasaan Adiwasis, dipersembahkan seekor domba pada Dewi yang disembah di tempat itu, semalam sebelum upacara, agar pasangan itu memperoleh restu. Ketika Sabari mengetahui tentang penyembelihan itu ia menangis. Disembahnya orang tuanya sambil mohon agar kambing itu diselamatkan. Ia bertanya: "Bagaimana mungkin perkawinan kami akan bahagia, jika diawali dengan embekan kematian kambing ini?" Tetapi ayahnya mendorongnya ke samping dan meneruskan upacara yang kejam ini. Malam itu Sabari melarikan diri dari sarang penyiksa, dan menyembunyikan dirinya di dalam kerimbunan hutan tidak jauh dari situ.

Ketika fajar menyingsing, baik ayahnya maupun kelompok pengantin laki-laki tenggelam dalam kesedihan dan kekhawatiran. Mereka meneliti daerah itu, sementara itu Sabari berbaring di antara semak-semak yang lebat. Akhirnya mereka kembali sambil berkata: "Ia tak mungkin pergi ke pertapaan, karena wanita tidak akan diberi perlindungan di sana." Ia mendengar kata-kata ini dan berkesimpulan bahwa pertapaan itu adalah tempat yang paling aman baginya, ia merasa beberapa orang pertapa akan berbelas kasihan kepadanya, dan tidak akan menyuruhnya kembali. Matangga menemukannya dan memberi izin untuk tinggal di tempatnya. Ia memberitahu Sabari bahwa Tuhan dalam wujud Sri Rama suatu hari akan datang ke pertapaan itu, karena beliau telah diasingkan ke dalam hutan selama empat belas tahun dan beliau berhasrat untuk menolong para rahib dan para pencari Tuhan yang bertapa di hutan dari gangguan musuh perdamaian yang jahat! Katanya: "Rama mengembara dari wilayah yang satu ke wilayah yang lain dengan istrinya, Sita, dan saudaranya, Laksmana."

Sejak hari itu, yang dipikirkan Sabari tiada lain, hanyalah Rama. Tidak ada keinginan lain dari pada hasrat untuk mendapatkan darshan Rama, kesempatan menyentuh kaki-Nya dan kesempatan untuk berbicara pada-Nya Hatinya dipenuhi dengan Ramarasa, manisnya prinsip Rama. Ia tidak melakukan japam, dhyanam atau pun latihan spiritual. Waktunya dihabiskan untuk mempersiapkan kunjungan Rama ke pertapaan itu. Sambil membersihkan jalan, ia juga membersihkan hatinya. Kerikil dan duri lenyap dari keduanya karena usahanya. Ia berjalan melewati semak-semak dan menyingkirkan tanaman merambat dan mawar hutan yang bergelantungan, karena ia bayangkan, Rama tidak pernah menyisir rambutnya dan mungkin nanti tersangkut. Gumpalan tanah dihancurkannya karena ia takut kaki Sita yang lembut akan sakit jika menginjaknya. Ia mengumpulkan buah dan umbi-umbian dari pepohonan dan tanaman di hutan dan disiapkan setiap hari, karena tidak seorang pun yang tahu, kapan Rama akan datang! Ia tidak mau mengambil resiko. Dicobanya setiap buah, apakah pahit, asam atau manis sehingga Rama bisa memakan yang terbaik. Dilicinkannya semua permukaan batu yang terletak di tepi jalan di dalam hutan, karena ia mengharapkan Rama, Laksmana atau Sita akan duduk di situ jika merasa lelah berjalan. Ia berharap bahwa salah satu dari mereka akan duduk sebentar di atas salah satu batu yang telah digosoknya dengan amat hati-hati. Dengan demikian, hatinya menjadi Ramahridaya!

Ia demikian tenggelam dalam Rama sehingga para pertapa itu tidak menyadari jenis kelamin Sabari. Mereka mengijinkannya tinggal di pertapaan setelah Matangga menceritakan pada mereka tingkat Sadhananya yang tinggi. Matangga juga meninggalkan badannya dan menyerahkan pertapaannya kepada Sabari sambil berkata, hanya engkau yang layak berada di sini jika Rama datang!

sadhana yang dilakukan Sabari untuk mendapatkan kebahagiaan melayani Rama dapat kau lakukan pula jika engkau melayani Sai Rama dalam diri orang-orang miskin. Dengan pelayanan ini, engkau menyadari dirimu yang sejati sebagai Rama.