CHINA KATHA 1


BERMAIN KELERENG DENGAN NAMA TUHAN

 

Suatu kali ada seorang anak laki-laki yang memungut permata yang berharga, bulat dan cemerlang, dan digunakannya untuk bermain kelereng di jalan bersama teman-temannya. Suatu hari seorang jauhari lewat di jalan itu. Pandangan matanya yang tajam jatuh ke permata tersebut. Didekatinya anak laki-laki tesebut, diajaknya ke pinggir dan ditawarkannya lima puluh rupi sebagai gantinya. Jika anak itu tahu nilai lima puluh rupi ia pasti mengetahui nilai permata itu! Anak itu mendatangi ibunya dan memberi tahu bahwa ada seorang asing yang menggodanya dengan uang lima puluh rupi untuk ditukar dengan kelereng yang sedang dipakai bermain. Ibunya amat heran, mengapa kelereng itu demikian mahal. "Jangan keluar dari halaman dengan kelereng itu; bermainlah di kebun bersama teman-temanmu." Ketika nilainya telah diketahui, orang pun akan membuat batasan.

Malan itu, sang jauhari tidak dapat tidur. Ia merencanakan untuk mendapatkan permata itu dari orang-orang yang sederhana tersebut sehingga dapat dijualnya dengan laba yang besar pada seorang jutawan atau seorang maharaja. Ditemukannya rumah anak laki-laki tesebut dan ia pun berjalan hilir-mudik di jalan tesebut dengan harapan untuk berjumpa dengan anak itu. Ketika dilihatnya anak itu bermain dengan permata tesebut seolah-olah benda itu adalah kelereng yang murah, hatinya amat tersiksa. Anak itu melemparkannya ke lantai, tepat ketika ibunya keluar dari raung dalam. Kakinya terantuk dan kelereng itu jatuh ke bawah semak-semak. Pedagang itu berkata kepada anak tersebut menanyakan permatanya dan akan ditukar dengan seratus rupi, dan kemudian lima ratus rupi! Anak itu berlari pulang sambil menangis, mengadukan orang asing yang selalu mengganggunya. Ibunya keluar ke kebun dan memohon agar saudagar itu pergi.

Pedagang itu memanfaatkan kesempatan ini, dikatakannya pada ibu tersebut bahwa saat itu juga ia bersedia memberikan seribu rupi jika kelereng itu diberikan kepadanya! Mendengar ini, dilarangnya anaknya bermain di luar rumah; ia hanya boleh bermain di dalam kamar. Pedagang itu tidak mau diusir begitu saja. Keesokan harinya ia datang lagi ke rumah itu dan mengeluarkan uang sepuluh ribu rupi untuk kelereng tersebut. Ibu itu tidak mau berpisah dengan kelereng tersebut dan sekarang malah menyimpannya di dalam peti besi yang terkunci! Ketika pedagang itu datang lagi keesokan harinya sambil membawa uang lima puluh ribu rupi, dibawanya kelereng itu ke bank dan dititpkannya dalam ruang pengaman di bawah tanah. Engkau juga bermain kelereng dengan nama Tuhan tanpa menyadari nilainya. Jika suatu kali engkau mengetahuinya, engkau akan menyimpannya dalam-dalam di lubuk hatimu, sebagai harta yang paling berharga. Ketahuilah bahwa Nama itu adalah kunci keberhasilan dalam usahamu untuk mencari ketenangan, ketabahan, keberanian, penerangan, dan kebebasan.