China Katha 1 - Berlatihlah Menguasai Diri Sendiri Dengan Kepercayaan Yang Teguh
CHINA KATHA 1
BERLATIH MENGUASAI DIRI SENDIRI DENGAN KEPERCAYAAN YANG TEGUH
Mereka yang mengingkari Tuhan mengingkari diri dan kemuliaan mereka sendiri. Setiap orang mempunyai rasa kasih sayang dalam hatinya, dalam berbagai bentuk, baik terhadap anak-anak, orang miskin, pekerjaan dan tujuan mereka. Kasih sayang itu adalah Tuhan, percikan ke-Ilahi-an di dalam diri mereka. Betapa pun kecilnya atau pun hanya kadang-kadang, mereka mempunyai ananda, yaitu sepercik cahaya Tuhan dan ke-Ilahi-an. Mereka memiliki santhi, ketidakterikatan, simpati. Semua ini adalah pantulan ke-Ilahi-an pada cermin pikiran mereka. Ini semuanya adalah kesempurnaan mental yang diperlihatkan melalui penghargaan dan faedah kebajikan. Santhi atau ketenangan yang dilakukan karena tidak berdaya, seperti pada kasus pencuri dalam kisah Tenali Ramakrishna, itu tidaklah benar. Seorang pencuri memperlihatkan ketenangan yang luar biasa dan sahana, tenang dan tabah! Ketika mengetahui bahwa ada seorang pencuri masuk ke kebunnya di malam hari dan bersembunyi di bawah semak-semak “labu ular” di dekat sumur, Ramakrishna memanggil istrinya. Dimintanya ember dan seutas tali agar ia dapat mengambil air sumur. Istrinya menimba air dan memberikan ember itu kepadanya. Pencuri itu memperhatikan sambil meringkuk dalam kegelapan, berharap aga suami istri itu cepat masuk ke dalam rumah. Ia merencanakan nantinya akan masuk dan mengumpulkan barang curiannya tanpa tertangkap. Sementara itu Ramakrishna berpura-pura ada sesuatu dalam kerongkongannya. Ia menuangkan air ke mulutnya, berkumur keras-keras dan meludah 'ke semak labu ular' tepat di tempat pencuri itu meringkuk! Air itu tepat kena wajahnya, dan itu memang yang dikehendaki Tenali Ramakrishna. Orang yang malang itu tidak dapat melarikan diri atau memprotes. Ia terlalu takut untuk bergerak. Ia memperlihatkan ketabahan yang sempurna. Tetapi, apakah engkau menyebut hal ini sebagai kebajikan? Apa engkau menghargainya karena itu? Ia digerakkan oleh rasa takut, bukannya oleh kepercayaan. Santhi dan Sahana semacam itu tidak ada gunanya sama sekali. Latihlah menguasai diri sendiri dengan iman yang teguh, maka itu akan menjadi sumber kekuatan.