NAMA TUHAN


Petunjuk Baba tentang cara melenyapkan ilusi dari pikiran dan hati mungkin mengherankan kita karena kedengarannya demikian sederhana, namun katanya sangat efektif. Pada usia 14 tahun, Sri Sathya Sai Baba memberi tahu anggota keluarga- Nya bahwa hidup Beliau di dalam keluarga telah berakhir dan bahwa sekarang Beliau akan menyibukkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan yang merupakan tujuan kedatangan Beliau. Dalam wawancara yang pertama Beliau menyatakan, “Oh, kalian pencari Tuhan! Pasrahlah kepada Guru dengan sepenuh hatimu; dengan demikian kalian akan dapat menyeberangi lautan suka dan duka, kelahiran dan kematian,” Artinya, jika kita terus mengucapkan nama Tuhan yang paling kita cintai dengan penuh kasih, dan bersamaan dengan itu, dengan penuh kasih membayangkan wujud yang menggunakan nama tersebut, latihan ini saja sudah cukup untuk membersihkan pikiran dan hati kita dari segala noda, dan karena itu, kita akan memahami sepenuhnya kebenaran diri sejati kita.

Latihan mengulang-ulang nama Tuhan ini memberi kegembiraan pada awalnya; sukacita ini terus dihayati dalam latihan, dan puncaknya adalah kebebasan, yaitu menyadari Tuhan atau diri sejati. Latihannya sederhana, tidak memerlukan penjelasan, dan Baba memberi tahu kita bahwa manfaatnya sudah pasti. Meskipun demikian, pikiran kita terbiasa dengan penjelasan, maka keterangan ini diberikan. Latihan spiritual mengulang-ulang nama suci ini akan menyebabkan kita selalu berada dalam kehadiran Tuhan. Dalam kehadiran-Nya tidak ada kejahatan yang dapat bertahan. Kecenderungan yang timbul dari khayal dan keinginan tumbuh dan mendapat makanan dalam kebodohan, tetapi tidak dapat tumbuh dan bertahan hidup dalam cahaya Tuhan yang murni. Kecenderungan jahat dapat diibaratkan dengan api ganas yang melalap segalanya. Api itu akan padam dengan sendirinya jika bahan bakarnya sudah habis.

Agar latihan mengulang-ulang nama Tuhan ada hasilnya, latihan itu harus dimulai dan diteruskan. Untuk memberi contoh bahwa latihan ini perlu dimulai dan diteruskan, Baba berkisah demikian, “Pada suatu senja, seorang pengembara tiba di suatu hutan belantara yang harus segera dilewatinya tanpa membuang waktu. Ia hanya mempunyai lentera kecil yang radius cahayanya tidak lebih dari satu meter. Hutan itu lebat, gelap, dan penuh dengan ancaman bahaya yang tidak terduga. Karena takut, pengembara itu duduk di bawah pohon dan mulai menangis. Tidak lama kemudian datanglah sekelompok pengembara keluar dari hutan yang lebat tersebut. Ketika melihat orang yang menangis itu, mereka berhenti dan bertanya ada kesulitan apa. Setelah mendengar jawabnya, mereka berkata, “Pak, lentera yang hanya memancarkan cahaya sejauh setengah meter ke depan sudah cukup untuk melewati hutan yang gelap ini. Tetapi Anda harus bangkit dan berjalan maju sambil membawa lentera Anda” Hutan yang gelap itu melambangkan jalan kehidupan yang tidak kita ketahui, dan lenteranya adalah nama Tuhan yang kecil. Akan tetapi, dengan menggunakan nama yang kecil itu dan maju, kita akan melewati hutan kehidupan dengan selamat. Baba memberi tahu bahwa nama dan wujud itu tidak terpisahkan, dan jika Tuhan diberi wujud, wujud itu diikuti oleh nama-Nya. Sebaliknya, bila nama Tuhan diucapkan, nama itu diikuti oleh wujud-Nya. Gabungan nama dan wujud adalah Tuhan yang tampil dalam segala kecemerlangan, kemuliaan, dan kekuasaan adikodrati sepenuhnya. Karena itu, bila kita mengulang-ulang nama Tuhan dengan penuh kasih, Tuhan yang merupakan perwujudan kasih akan menanggapi. Beliau dipanggil dan Beliau datang kepada kita, dengan bahagia dan penuh kasih; Beliau bersedia berjalan bersama kita, menjadi teman kita yang suci. Selain mengulang-ulang nama-Nya, bila kita juga membayangkan wujud nama itu—yang kita kasihi— kita memberi peluang sehingga bakti kita dapat tercurah kepada Tuhan Yang Mahatinggi.

Tuhan adalah cahaya yang murni. Beliau dianggap demi- kian sepanjang masa. Kita yang menjalani hidup di dalam cahaya Tuhan yang murni itu, tidak akan dapat meneruskan kecenderungan-kecenderungan kita yang buruk, seandainya pun kita ingin melakukannya. Berbagai kecenderungan buruk itu bagaikan bunga-bungaan yang tumbuh di dalam gelap, mereka tidak dapat bertahan hidup di dalam cahaya Tuhan yang murni; jumlah mereka akan berkurang dan lenyap. Kecenderungan- kecenderungan baik kita tidak akan menimbulkan kesulitan karena di hadapan Tuhan, kecenderungan itu tidak akan berkembang menjadi ego (rasa keakuan) yang besar.

Bersama dengan aneka kecenderungan kita, ego yang terbentuk dari berbagai kecenderungan kita akhirnya juga akan menyerahkan dirinya di kaki Tuhan. Dengan demikian, hati yang telah dimurnikan sepenuhnya, akan layak menyadari kebenaran, yaitu kemenunggalannya dengan (kesadaran) Tuhan. Pikiran kita yang ruwet menganggap hal ini luar biasa karena latihan yang sederhana seperti itu dapat memurnikan hidup kita, membuat hati serta pikiran kita layak untuk pencerahan, sehingga kita siap untuk lepas dari jerat pertentangan: rasa suka dan tidak suka, dan membuat kita layak untuk menyatu dengan (kesadaran) Tuhan yang abadi dan menyeluruh. Baba menyatakan bahwa inilah kekuatan yang terkandung dalam latihan spiritual mengulang- ulang nama Tuhan.

Mengulang-ulang nama Tuhan dengan membayangkan wujud Tuhan sudah dikenal pada awal zaman Kristen. Baba telah mengatakan bahwa Yesus  menasihati  pengikut-Nya agar melakukan latihan tersebut. Beberapa tahun setelah Yesus wafat, para mistikus Kristen diberi tahu oleh guru-guru mereka, “Pusatkan pikiranmu, paksalah untuk masuk ke dalam hati dengan napas dan pertahankan di sana, tetapi jangan kaubiarkan menganggur, berdoalah, “Tuhan Yesus Kristus, putra Tuhan, kasihanilah kami.” Setelah itu, para mistikus tersebut, baik di dalam biara atau pun mengembara di seluruh negeri, akan selalu membayangkan wujud Yesus dan mengulang-ulang nama-Nya, memenuhinya dengan kasih kepada Yesus.

Nilai agung nama Tuhan juga dikenal oleh para pengikut Nabi Mohammad. Ketika ditanya oleh seorang pengikut-Nya, “Bagaimana jika seseorang hatinya buta?” Nabi Mohammad menjawab, “Untuk melenyapkan karat, segala sesuatu ada penggosoknya, dan penggosok bagi hati adalah mengingat Tuhan.”

Beberapa orang di antara kita mungkin pada mulanya merasa bahwa latihan mengulang-ulang nama Tuhan ini agak menjemukan. Hal itu tidak dapat dihindarkan jika hatinya agak gersang. Hal ini jangan kauhiraukan. Teruslah berlatih, maka kasih akan segera mengiringi nama suci itu.

Mungkin ada keraguan, “Bagaimana saya dapat mengulang- ulang nama Tuhan dan membayangkan wujud-Nya jika saya sibuk melakukan tugas? Saya akan kurang perhatian terhadap pekerjaan saya, dan itu tidak baik.” Untuk menerangkan masalah ini, Baba berkisah sebagai berikut. Ada seorang raja yang mempunyai beban berat dalam pemerintahan kerajaannya, dan ia tidak berhasil mendapatkan seorang menteri yang mampu. Raja berdoa kepada Tuhan. Tuhan memperlihatkan diri dan bertanya, “Apa yang kaukehendaki?” Raja menjelaskan bahwa ia amat membutuhkan seorang pembantu yang baik karena kerajaannya kurang terurus. Tuhan mengabulkan keinginan sang raja, tetapi memperingatkan, “Pelayan ini sangat efisien, tetapi jika engkau tidak berhasil membuatnya selalu sibuk, ia akan menyerang dan menghancurkan engkau.” Raja tidak mempedulikan nasihat ini.

Bagaimanapun, pembantu ini cerdas dan mempunyai tenaga yang tiada habisnya. Pada suatu hari dengan terkejut raja menyadari bahwa pekerjaan untuknya sudah hampir selesai. Raja kemudian teringat pada peringatan Tuhan dan dengan panik ia memohon kepada Tuhan dalam doanya. Tuhan menampakkan diri dan berkata, “Baiklah. Apa yang kaukehendaki sekarang?” Raja menerangkan, dan dengan penuh belas kasihan Tuhan menasihati raja. “Aku akan menyelamatkan engkau. Lakukan ini, ‘Perintah pembantu itu membangun dinding setinggi enam meter. Jika pekerjaan itu selesai, suruh dia naik dan turun tembok itu hingga engkau mempunyai tugas lain untuknya.’ ”

Pelayan itu adalah pikiran. Dindingnya adalah nama Tuhan. Jika pikiran melantur, suruh dia bekerja mengulang-ulang nama Tuhan yang suci, karena jika dibiarkan melantur, pikiran pasti akan menghancurkan kita.

Jika kita harus melakukan pekerjaan, kita memanggil Baba dan berkata, “Tuhan, saya persembahkan pekerjaan ini kepada- Mu.” Kemudian kita meneruskan melakukan pekerjaan dengan perhatian penuh. Baba meyakinkan kita bahwa melakukan pekerjaan atas nama-Nya itu sama dengan mengulang-ulang nama-Nya. Jika pekerjaan itu telah selesai, langsung kembalikan pikiran pada pengulang-ulangan nama Tuhan.

Mungkin akan timbul pertanyaan, “Nama dan wujud Tuhan yang mana yang digunakan?” Karena Tuhan dianggap Maha Esa dan tidak dapat dibagi-bagi, walaupun nama dan wujud-Nya berbeda di dalam pikiran manusia, Beliau akan tampil sepenuhnya di dalam setiap nama dan wujud yang kita anggap sebagai nama dan wujud-Nya. Saran Baba adalah, “Gunakan nama dan wujud Tuhan yang paling dekat di hatimu.” Jika sekarang umat kurang menyukai berbagai nama dan wujud Tuhan yang bersejarah, dapat menggunakan ini : “Om Sai Ram” atau “Om Sri Sai Ram”.

Nama Tuhan mana pun yang kita pilih, Baba menyarankan agar wujud untuk mengiringi nama itu sengaja diciptakan (dalam pikiran). Misalnya nama Yesus, sebaiknya diiringi dengan pikiran yang membayangkan sendiri  wujud  Yesus,  daripada membayangkan  wujud  yang  berasal  dari  lukisan  atau patung Yesus. Baba memberi tahu kita bahwa jika pikiran menciptakan wujud Tuhan, maka pikiran itu menjadi wujud yang dibayangkannya, dan Tuhan sendiri akan mengisi wujud tersebut dengan ketuhanan-Nya.

Baba memberi tahu kita bahwa zaman ini, yang disebut Kali Yuga, dianggap sebagai zaman yang rendah dan kotor, namun sesungguhnya, bagi umat Tuhan, inilah zaman yang terbaik dari segala zaman. Baba memberikan jaminan bahwa dalam Kali Yuga ini, siapa saja yang mengerahkan kehendak dan energinya dengan perhatian terpusat kepada nama dan wujud Tuhan akan dapat menembusi selubung Tuhan serta mendapatkan pelepasan, kebebasan (dari lingkaran kelahiran dan kematian), dan menyadari kenyataan dirinya yang sejati.