HILANGKAN CACAT CELA DALAM KARAKTERMU
Tetapi engkau harus menghindari hambatan yang sulit dalam jalan meditasi yaitu amarah, kebanggaan, kesombongan, kecenderungan untuk mencari kesalahan orang-orang lain, kejahatan, dan sebagainya. Hal-hal tersebut juga berada di bawah sadar seperti arus di kedalaman lautan.
Peminat kehidupan rohani (sādhaka) harus waspada agar jangan sampai hilang kesabaran untuk masalah-masalah yang kecil karena hal itu akan menghambat kemajuannya. Ia harus mengembangkan kelembutan hati dan kasih sayang kepada semua makhluk. Kemudian kebiasaan-kebiasaan yang tidak diinginkan akan hilang dari diri mereka, karena kemarahan adalah sumber segala kelakuan yag tidak benar. Kemarahan dapat menyebabkan siapa pun juga melakukan perbuatan buruk, kapan saja, dan dalam bentuk apa saja. Karena itu, pertama-tama kemarahan harus disublimasikan dengan usaha yang sistematis.
Jika ada orang yang mengatakan kekurangan atau cacat celanya, peminat kehidupan rohani harus menyambutnya dengan gembira. Sesungguhnya ia harus berterima kasih kepada mereka yang menunjukkan kekurangannya. Ia harus tidak membenci mereka, karena itu sama buruknya seperti membenci yang ‘baik’. Yang ‘baik’ harus dicintai dan yang ‘buruk’ harus dikesampingkan. Ingat yang buruk harus tidak dibenci. Yang buruk harus dilepaskan, dihindari. Hanya orang-orang yang bisa melakukan hal ini dapat mencapai kemajuan dalam meditasi dan kebijaksanaan rohani.
Kesombongan, iri hati, sifat rājasik yang menonjol- nonjolkan keunggulan diri sendiri, kemarahan, kesenangan untuk mendengarkan kelemahan dan kekurangan orang lain, suka menipu, semua ini adalah halangan dalam meditasi. Walaupun hal-hal tersebut tidak tampak nyata, kecenderungan batin yang mendorong orang ke arah yang keliru ini tersembunyi dalam pikiran, perasaan dan ingatan. Sebagaimana halnya kamar yang tertutup lama jika dibuka akan berbau tidak enak serta penuh debu, dan setelah disapu serta diseka dengan saksama akan menjadi bersih dan dapat didiami, demikian pula pikiran, perasaan, dan ingatan harus dibersihkan dengan meditasi. Dengan pengamatan ke dalam batin (wawas diri), peminat kehidupan rohani harus memeriksa pikiran, perasaan, serta inngatannya, isi, dan keadaannya. Dengan kebiasaan disiplin yang tepat, ia harus menyingkirkan kotoran yang terkumpul, sedikit demi sedikit secara sistematis. Misalnya saja kesombongan yang berakar dalam dan tidak mau mengalah. Dalam pikiran, perasaan, dan ingatan yang penuh nafsu (rājasik), kecongkakan ini menumbuhkan bermacam-macam dahan ke segala arah dan menyebar ke mana-mana. Mungkin ia tampak kering dan mati untuk sementara waktu, tetapi akan tumbuh lagi dengan mudahnya. Jika ada kesempatan untuk memperlihatkan diri, ia akan segera mengangkat kepalanya. Karena itu, peminat kehidupan rohani harus selalu waspada.
Mengenai kemarahan, peminat kehidupan rohani harus waspada sampai pada hal-hal paling remeh yang mungkin dapat menimbulkannya, karena jika ia lalai, ia tidak dapat maju sedikit pun juga. Orang semacam itu harus mengembangkan semangat kerendahan hati dan kasih sayang. Kemudian sifat-sifat buruk akan lenyap. Beberapa peminat kehidupan rohani menjadi sangat marah bila ada orang mengetahui sifat-sifat buruk yang mereka miliki dan mengatakannya kepada mereka. Ini membuat masalahnya menjadi lebih buruk!
Lenyapkan Kesombongan
Peminat kehidupan rohani harus selalu mempunyai pandangan ke dalam batin. Jika ia membiarkan pikiran, perasaan, dan ingatannya berkeliaran di luar, ia tidak dapat meneliti dan menemukan kesalahannya sendiri. Keangkuhan mencegah pandangan ke dalam batin dan membingungkan pemeriksaan pikiran, perasaan, dan ingatan. Jika peminat kehidupan rohani ingin mencapai sukses, ia harus menghormati orang-orang yang menunjukkan kesalahannya. Itulah cara untuk maju pesat dan cepat dalam meditasi. Dan ia harus berusaha agar tidak melakukan kesalahan- kesalahan itu lagi.
Melepaskan diri dari kebanggaan dan cinta pada diri sendiri atau ego (ahaṅkāra) sungguh merupakan pekerjaan yang berat, karena setiap orang telah membentuk kehidupan ini sejak masa yang tiada awal mulanya! Setiap orang telah membiarkan pikiran, perasaan, dan ingatannya terbang ke arah yang disukainya, sejak masa yang lampau. Karena itu, sekarang sulit sekali memalingkannya dari jalan yang telah biasa ditempuh dan membalikkan langkahnya ke arah lain.
Pribadi yang penuh rasa keakuan (aham) suka menggunakan kekuasaannya atas orang lain. Ia tidak akan setuju dengan orang lain yang mengatakan bahwa itu adalah ‘perbudakan’ karena alasan mereka bukan (pendapat) yang ia kemukakan! Orang-orang semacam itu melihat segala sesuatu melalui kaca mata yang diwarnai kabut egoisme dan cinta pada diri sendiri. “Kata-kataku benar”. “Pendapatku betul.” “Perbuatanku baik.” Mereka merasa demikian dan mereka melewatkan hari-harinya seperti itu. Kelakuan semacam itu sangat merugikan peminat kehidupan spiritual. Mereka harus menginginkan setiap kritik yang membangun, saran, atau nasihat dari mana pun juga.
Selain itu, peminat kehidupan spiritual harus mengurangi segala diskusi dan perdebatan karena menimbulkan semangat persaingan dan membawa orang pada pembalasan dendam serta perkelahian yang penuh kebencian. Jangan berjuang untuk memperoleh penghargaan dunia. Jangan merasa terhina atau marah jika dunia tidak mengenal engkau atau mengakui jasamu. Pertama-tama pelajarilah hal ini jika engkau mengharapkan sukses spiritual. Jangan merasa senang jika dipuji karena di situlah terletak jerat maut yang dapat menyesatkan engkau dan membahayakan kemajuanmu. Demikianlah engkau harus memperbaiki sifat-sifat mental dan kebiasaanmu. Kembangkan kebiasaan agar engkau tidak pernah menyebabkan sakit atau penderitaan pada makhluk lain. Berusahalah memahami orang lain, bersimpatilah pada mereka, dan lakukan hal-hal yang berguna atau yang dapat menolong. Latih dirimu sehingga dapat menerima hinaan dan celaan sebagai ‘tanda penghargaan’ yang dihadiahkan kepadamu. Berusahalah sedapat-dapatnya agar selalu ramah pada setiap orang, bagaimana pun juga sifat atau kelakuan mereka.
Rasa gembira perlu agar meditasi dan konsentrasi dapat maju, tetapi ada banyak hal yang dapat menyebabkan engkau kehilangan suasana riang. Karena itu, engkau harus berdoa dengan tulus agar bebas dari hambatan semacam itu. Mengucapkan atau mengulang-ulang mantra akan sangat menolong.
Ikuti Nasihat Kṛṣṇa dan Bermeditasilah
Pada zaman Dvāpara, Kṛṣṇa berkata,
Mathchithah sarva durgani Math-prasādhāth tharishyathi
`Jika engkau mulai memusatkan pikiranmu kepada- Ku, semua pikiran yang mengganggumu akan menjadi tenang berkat rahmat-Ku.’
Disiplin meditasi harus diikuti dengan giat. Sesungguhnya dhyāna (meditasi) berarti ‘disiplin’. Disiplin, keteraturan, kemantapan, semua ini perlu untuk meditasi. Peminat kehidupan rohani yang selalu memperhatikan hal ini akan cepat berhasil. Meditasi adalah obat nomor satu untuk penyakit kehidupan duniawi (bhāva-roga). Bersama dengan itu, ada obat lain yang juga harus dimakan, yaitu kepuasan batin. Jika ada kepuasaan di dalam hati, manusia menikmati kegembiraan dengan tiada putusnya. Keinginan atau ketagihan membuat pikiran, perasaan, dan ingatan bergoyang. Keinginan ini merupakan api yang menghabiskan segalanya dan perlahan-lahan tetapi pasti akan membinasakan manusia.
Jalan yang mudah untuk menuju meditasi adalah kepuasan batin. Sebagaimana halnya pejalan yang berjalan dengan susah payah berkilometer-kilometer jauhnya dalam terik matahari, merasa segar bila ia mandi dalam air yang jernih dan sejuk di suatu danau yang teduh, demikian pula orang-orang yang malang, yang berjuang dalam panas teriknya keinginan, merasa bahagia dan lega bila ia mandi dalam danau kepuasan batin.
Tiga Penjaga Gerbang: Kedamaian, Kepuasan Batin, dan Viveka
Di gerbang kebebasan (mokṣa) dan kesadaran diri sejati (sākṣātkāra), ada tiga penjaga yang bertugas menanyakan tanda pengenalmu. Mereka adalah kedamaian atau keseimbangan mental, sukacita atau kepuasan batin, dan penyelidikan batin atau pemilah-milahan (śānti, santoṣa, dan vicāra atau viveka). Jika engkau bisa berteman walau hanya dengan seorang petugas, lain-lainnya akan mempermudah jalan masukmu. Dalam urutan itu, yang pertama adalah kedamaian (śānti). Jika engkau membuat kedamaian menjadi milikmu, maka kepuasan batin akan menjadi milikmu, dan kepuasan batin adalah sumber kegembiraan yang tertinggi serta merupakan milik yang paling berharga, senilai kemaharajaan.
Tanpa kepuasan batin, keinginan (kāmā) dan ketamakan (lobha) mencapai proporsi yang membahayakan dan akan menumbangkan kekuatan viveka. Keinginan dengan mudahnya menjadi ketamakan, dan ketamakan merosot menjadi kekikiran serta nafsu berahi. Mereka membuatmu terbang berpindah-pindah dari objek yang satu ke objek yang lain dalam usaha gila-gilaan untuk mengejar kenikmatan indra yang sementara sifatnya. Bagaimana mungkin orang semacam itu mengembangkan kemampuan untuk melakukan konsentrasi? Tanpa kemampuan untuk berkonsentrasi. bagaimana mereka dapat melakukan meditasi? Tanpa meditasi, tidak seorang pun dapat memperoleh Tuhan (Daivam).
Nasihatilah pikiran, perasaan, dan ingatan yang mengalir dengan cepatnya ke berbagai arah, “Oh pikiran, perasaan, dan ingatan, jangan menyeret aku ke dalam arus kebendaan, di sepanjang jalan keinginan-keinginan sensual, jangan merusak hidupku. Sebaliknya, bawalah aku kepada Tuhan. Mengalirlah ke arah itu.” Lepaskan segala keinginan lain dan selalulah puas, tinggallah hanya dalam nama dan wujud Beliau dengan mengesampingkan segala hal lainnya. Meditasi pada (nama dan wujud Tuhan) adalah kedamaian yang sesungguhnya, ketenteraman yang sejati.
Ingatlah, kepuasan batin tidak akan membuat siapa pun juga menjadi pemalas. Ini berasal dari sifat yang benar- benar murni (sāttvika). Kepuasan batin akan membuat pikiran, perasaan, akal, dan ingatan selalu berpaling kepada Tuhan. Sifat ini akan menyelamatkan engkau dari kesusahan dan kesulitan (karena selalu berusaha) untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting dan memenuhi keinginan-keinginan yang mementingkan diri sendiri. Kepuasan batin mengarahkan bakat dan kecakapan manusia pada berbagai usaha yang mengangkat kerohaniannya. Orang yang batinnya puas juga akan jujur dan mencintai kebenaran dan karena itu akan selalu berada dalam persatuan dengan ātma. Dengan kata lain, ia dapat tenggelam dalam meditasi untuk waktu yang lama tanpa istirahat atau lelah. Meditasi adalah satu-satunya cara untuk menghalangi kegiatan mental yang melambung ke ribuan arah; sama sekali tidak ada cara lain.
Nyaman dalam Segala Situasi
Kemampuan untuk berkonsentrasi adalah sifat yang sangat berguna. Engkau harus mengawasi tingkah laku pikiran, perasaan, dan ingatanmu sendiri, bagaimana ia berkelana, objek apa yang dikejarnya, dan sebagainya, kemudian perlahan-lahan dengan meditasi engkau harus mengajarnya agar tetap tenang dan berkelakuan baik.
Jangan cemas tentang lingkungan di sekitarmu yang mungkin tidak memuaskan. Tentu saja tempatnya mungkin kurang baik atau tidak seperti yang dicita-citakan. Tetapi tidak ada gunanya berusaha melarikan diri dari semua itu. Engkau dapat mengatasi segi-segi yang kurang baik dengan melatih pikiran, perasaan, dan ingatanmu sendiri. Tetaplah di situ dan berdoalah kepada Tuhan! Mohonlah agar Beliau memenuhi engkau dengan pikiran dan penampakan Beliau sehingga engkau dapat mengabaikan lingkungan yang tidak sempurna. Jangan mencari kesenangan atau keenakan karena hal itu mungkin tidak baik untuk meditasi. Belajarlah merasa senang di mana saja, itu lebih baik. Hiduplah dengan gembira di mana pun engkau berada, itulah caranya. Bersukarialah dalam pikiran, perasaan, dan ingatanmu. Di situ pujalah Tuhan yang telah kaupilih sebagai tujuanmu dan bebaskan dirimu dari pengaruh segala hal kurang baik yang terdapat dalam suasana alam sekitar maupun yang terdapat dalam lingkungan orang-orang di sekelilingmu! Kemudian tidak akan ada tempat yang menjemukan bagimu dan tidak akan ada kediaman yang memuakkan.
Nasihat Penutup
Kesombongan adalah sifat buruk yang diam-diam membahayakan, maka jika engkau merasa bahwa penyakit ini mulai menjangkiti dirimu, berusahalah sedapat mungkin membasminya dengan mengundurkan diri ke suatu tempat yang sunyi kemudian lakukan meditasi. Jika ditunda dapat membahayakan. Ada pepatah yang mengatakan, “Bahkan nektar (amṛta) pun jika ditangguhkan pemberiannya akan menjadi racun.” Ingatlah hal ini dan bertindaklah dengan cepat. Meditasi menenangkan pikiran, perasaan, dan ingatan yang gelisah dan membuatnya jernih serta penuh suka cita.
Di dunia ini banyak orang yang meskipun terpelajar, tidak melewatkan hidup mereka dalam usaha mengejar suatu cita-cita yang luhur. Karena itu, hidup mereka di dunia dapat dimisalkan sebagai perjalanan sebuah kapal yang telah kehilangan jangkar serta kompasnya dan diombang- ambingkan badai di tengah samudra. Mereka tercabik-cabik di antara cita-cita dan tujuan-tujuan yang bertentangan; mereka mendengarkan berbagai permintaan; dan hidup mereka berakhir dalam kesia-siaan serta kegagalan, karena dalam kebodohan dan rasa takut, mereka mengucapkan satu hal, tetapi melakukan lainnya. Meditasi akan memberi mereka ketetapan tujuan, keberanian, dan juga kebijaksanaan.
Perasaan-perasaan yang timbul dalam pikiran, yang digolongkan sebagai tenang, gelisah, dan malas atau bodoh (sāttvik, rājasik, dan tāmasik) juga harus diawasi dan dibersihkan. Perasaan yang gelisah dan lembam harus dicabut hingga ke urat akarnya. Meditasi adalah senjata untuk melaksanakan tugas ini. Jalan meditasi (dhyāna-mārga) akan membinasakan kekaburan batin dan menganugerahkan persatuan dengan Tuhan.