Wacana Bhagawan pada perayaan Ganesha Chaturthi, 1-9-2000
Ganapati Menganugerahkan Buddhi dan Siddhi
"Jika seseorang kehilangan uang, ia tidak perlu khawatir, karena ia dapat mencari penghasilan lagi. Jika seseorang kehilangan teman, ia dapat memperoleh teman lain. Jika seseorang kehilangan istri, ia dapat menikah lagi. Jika seseorang kehilangan sebidang tanah, ia dapat membeli tanah yang lain. Semua ini dapat diperoleh lagi, tetapi bila seseorang kehilangan tubuhnya, ia tidak dapat memperolehnya kembali."
( Sloka Bahasa Sanskerta )
Di alam jasmani yang sementara ini segala sesuatu datang dan pergi, muncul dan lenyap. Manusia dapat memperoleh harta dengan berbagai cara, tetapi kekayaan itu juga dapat hilang dengan cepat sekali. Dalam hidupnya mungkin seseorang memperoleh banyak teman, tetapi pada suatu waktu mungkin mereka akan meninggalkannya. Semua yang hilang ini dapat diperolehnya lagi dengan satu atau lain cara. Namun, jika manusia kehilangan tubuhnya, tiada cara atau sarana apa pun untuk memperolehnya kembali. Manusia harus menyadari kebenaran ini dan menyucikan hidupnya dengan meningkatkan pengamalan nilai-nilai kemanusiaan selama hayat masih dikandung badan.
Ganapati adalah Penguasa para Dewa dan Keutamaan
Perwujudan kasih!
Manusia harus mengikuti kebenaran dan kebajikan karena kedua hal ini tidak akan pernah meninggalkannya dalam keadaan apa pun. Keduanya akan mengikuti manusia di setiap kelahiran dan segala loka. Selama ini, kedua prinsip itu merupakan sandaran utama kebudayaan Bhaarat yang purwakala. Veda, Upanishad, dan Puraana menekankan prinsip ini.
Satyam vada, dharmam cara.
Artinya,
‘Ucapkan kebenaran dan lakukan kebajikan’.
Manusia mengalami berbagai penderitaan dan kesengsaraan karena ia mengabaikan kedua prinsip ini. Dan dalam proses itu, ia melupakan sifat ketuhanannya. Tidak mungkinlah menghayati Tuhan tanpa meningkatkan pengamalan nilai-nilai kemanusiaan. Setelah lahir sebagai manusia, tugas utama kita adalah meningkatkan pengamalan nilai-nilai kemanusiaan. Jika tidak, hidup kita tidak akan bermakna.
Apakah tujuan hidup manusia? Apakah hanya untuk makan, tidur, dan mengumbar kesenangan seperti unggas dan margasatwa? Tidak. Manusia lahir untuk memberikan teladan kepada seluruh dunia.
Uddharet aatmanaatmanam.
Artinya,
‘Manusia harus berusaha mencapai kebebasan
( dari perbudakan pada keinginan indrawi dan duniawi )’,
Demikian dikatakan dalam Bhagawad Gita. Manusia harus menyelamatkan hidupnya dan juga menolong sesamanya mencapai pembebasan. Inilah pengetahuan spiritual yang diberikan oleh Ganapati.
Nama Ganapati mempunyai banyak makna. Ganapati adalah penguasa segala gana, ‘dewa’ dan sadguna, ‘keutamaan’. Ga berarti buddhi ‘akal budi atau kecerdasan’, dan na berarti vijnaana ‘kebijaksanaan’. Karena itu, Ganapati adalah penguasa akal budi dan kebijaksanaan. Beliau adalah penguasa Suraloka ‘surga’. Tidak ada penguasa di atas Ganapati. Karena merupakan penguasa semuanya, Beliau mengajarkan sifat-sifat kepemimpinan.
Ganapati telah dipuja dan disanjung sejak para resi memperoleh wahyu Veda. Di dalam Veda dan Upanishad terdapat berbagai madah pujian yang menyanjung Ganapati. Karena itu, pemujaan kepada Ganapati bukan hal yang baru, melainkan sudah berlangsung sejak zaman dahulu.
Engkau Harus Mengikuti Nivritti Marga
Tuhan bersinar dalam diri setiap manusia dan menerangi jalan yang harus ditempuhnya. Akan tetapi, manusia menghancurkan hidupnya sendiri karena tidak mengindahkan bisikan Tuhan di dalam hatinya. Dalam usahanya yang gila-gilaan untuk mengejar aneka keinginan duniawi yang bersifat sementara, ia mengabaikan sifat-sifat kemanusiaan, akibatnya ia menderita tidak memperoleh ketenteraman batin. Pendidikan duniawi dan kekuasaan duniawi bukanlah tujuan hidup manusia. Semua prestasi ini berkaitan dengan pravritti marga, ‘jalan keduniawian’. Hal yang berhubungan dengan jalan keduniawian bersifat sementara. Manusia harus mengikuti nivritti marga, ‘jalan spiritual’, menghayati kebahagiaan dari hal itu, dan memberikan kebahagiaan itu kepada orang-orang lain.
“Tubuh terbuat dari lima unsur dan cepat atau lambat pasti akan binasa, tetapi ( atma ) yang bersemayam di dalamnya tidak mengalami kelahiran dan kematian. Atma tidak memiliki kelekatan dan perbudakan ( pada keinginan indra dan dunia). Sesungguhnya yang bersemayam dalam diri manusia adalah Tuhan.”
( Puisi Bahasa Telugu )
Akan tetapi, manusia membuang-buang waktunya karena ia menganggap tubuhnya langgeng dan ia tidak mengindahkan Tuhan yang bersemayam di dalam dirinya. Waktu adalah anugerah Tuhan yang paling berharga, tetapi manusia tidak menyadari nilai waktu. Ia menyia-nyiakan tiga perempat bagian dari waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna. Bagaimana manusia dapat menyelamatkan hidupnya? Untuk menyucikan kaya, ‘tubuh’, manusia harus menggunakan kaala, ‘waktu’ dengan baik.
Veda, Upanishad, dan Puraana memberikan nilai yang tertinggi pada kelahiran sebagai manusia. Manusia mempelajari semua kitab suci ini. Namun, apakah ia memahami nilai ajarannya? Sudahkah ia melaksanakan ajaran itu? Sekadar mengkaji kitab-kitab suci tidak ada gunanya jika ajarannya tidak diamalkan.
Ketenteraman dan Kebahagiaan Ada di Dalam Dirimu
Pada hari Vinaayaka Chaturthi ini para putra Bhaarat biasa menyiapkan kue-kue dan mempersembahkannya kepada Vinaayaka. Persembahan ini unik dan istimewa. Wijen, tepung beras, dan gula jawa dicampur, digelindingi bulat-bulat, dikukus, kemudian dipersembahkan kepada Vinaayaka. Engkau harus menyelidiki mengapa persembahan semacam itu dibuat. Penganan yang dikukus ini baik untuk mata dan bermanfaat bagi orang-orang yang menderita astma dan eosinophilia. Persembahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan memberikan kebahagiaan kepada manusia. Jadi, jangan dianggap sebagai sekadar pelaksanaan upacara. Segala yang berkaitan dengan Tuhan mengandung makna yang suci. Karena tidak memahami kebenaran ini, manusia memandang segala sesuatu dari segi duniawi.
Manusia mempunyai pashu lakshana, ‘sifat-sifat hewani’ dan Pashupati lakshana, ‘sifat-sifat ketuhanan’. Sifat-sifat hewani timbul dari kepala. Pendidikan duniawi dan kecerdasan berkaitan dengan kepala. Para cendekiawan menggunakan kecerdasannya untuk mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan dunia. Ini berhubungan dengan pravritti marga, ‘jalan keduniawian’. Aneka keutamaan seperti kasih, belas kasihan, dan kesabaran yang timbul dari hati, membawa manusia menuju nivritti marga. Dewasa ini orang-orang ingin menjadi cerdas, bukannya ingin berbudi luhur. Bhagawad Gita menyatakan, “Anityam asukham lokam imam prapya bhajasva maam,” ‘karena dunia ini sementara dan penuh kesengsaraan, capailah Tuhan, dengan terus menerus merenungkan Beliau’. Tinggalkan jalan keduniawian dan tempuhlah jalan kehidupan spiritual. Hanya dengan demikianlah engkau dapat menyelamatkan dirimu. Kini kita dapati orang-orang yang lebih tua mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan jalan keduniawian kepada anak-anak, bukannya jalan spiritual. Dari anak kecil hingga orang jompo, semuanya berminat pada keduniawian. Akan tetapi, adakah orang yang dapat menghayati ketenteraman batin dengan menempuh jalan keduniawian? Bagaimana manusia dapat mencapai kedamaian? Di manakah kedamaian? Sambil memegang bom atom, orang-orang berpidato mengenai perlunya kedamaian. Mungkin orang-orang semacam itu dapat mencapai bulan, tetapi tidak akan pernah dapat memperoleh kedamaian dan kebahagiaan. Tidak perlu mencari kedamaian di dunia luar. Yang kaudapat di dunia luar hanyalah keresahan. Kedamaian berada di dalam dirimu. Kedamaian adalah wujudmu. Berusahalah mengungkapkan-nya dari dalam dirimu.
Semuanya adalah Percikan Tuhan
Perwujudan kasih!
Tiada kekuatan yang lebih besar daripada kasih. Engkau dapat memperoleh kedamaian dengan meningkatkan kasih. Kedamaian adalah hakmu sejak lahir. Kedamaian di dunia luar hanya bersifat sementara. Manusia harus berusaha memperoleh kedamaian batin yang murni, tidak bercela, kekal, dan abadi. Untuk ini, manusia perlu menggunakan waktunya dengan baik. Karena itu, kewajiban utama manusia adalah menggunakan waktunya secara suci. Kini manusia membuang waktu banyak sekali untuk bergosip dan berbicara buruk mengenai orang lain.
Prinsip atma yang ada di dalam dirimu juga ada dalam diri orang-orang yang kauanggap sebagai orang lain. Pahamilah bahwa semua makhluk adalah percikan Tuhan.
Ishaavasyam idam jagat
Artinya,
‘Seluruh alam semesta adalah perwujudan Tuhan’.
Deehoo Deevaalayah prooktoo jiivoo Deevah sanaatanah.
Artinya,
‘Tubuh adalah pura
dan Tuhan bersemayam di dalamnya’.
Karena semua adalah perwujudan Tuhan, engkau harus mengasihi semuanya dan tidak membenci siapa pun. Jangan pilih kasih berdasarkan rasa suka dan rasa tidak sukamu. Perlakukan semua orang dengan kasih yang sama. Sadarilah bahwa Tuhan itu satu dan Maha Esa.
Ekaatma sarva bhuutaantaraatma
Artinya,
‘Atma yang sama bersemayam dalam segala makhluk’.
Bila engkau telah memahami kebenaran ini, engkau akan menempuh hidupmu dengan damai dan bahagia.
Tingkatkan Kemurnian Hati
Hari ini para bakta dari Bangalore membawa 750 patung Ganapati untuk dipuja karena tahun ini badan jasmani Swami akan merayakan ulang tahunnya yang ke-75. Orang dapat membawa 750 arca atau 70 juta arca, tetapi Ganapati hanya satu ( hadirin bertepuk tangan ). Tanpa kemurnian hati, mempersembahkan puja kepada banyak patung Ganapati tidak ada manfaatnya. Cukuplah engkau mempersembahkan puja pada satu patung Ganapati dengan penghayatan kemenunggalan. Untuk apa manusia melakukan puja dan tirakat? Upacara-upacara semacam ini disarankan untuk meningkatkan kemurnian hati. Chittasya shuddhaye karmah, ‘kegiatan dilakukan untuk memurnikan hati’. Kesembilan jalan bakti yaitu: shravanam ‘mendengarkan kisah Tuhan’, kiirtanam ‘menyanyikan nama dan kemuliaan Tuhan’, Vishnusmaranam ‘merenungkan Tuhan’, paadasevanam ‘melayani kaki suci Tuhan’, archanam ‘melakukan upacara pemujaan’, vandanam ‘bersembah sujud’, daasyam ‘mengabdi Tuhan’, sneham ‘bersahabat dengan Tuhan’, dan aatmanivedanam ‘pasrah diri kepada Tuhan’ dimaksudkan untuk memurnikan hati. Kue-kue manis seperti mysore pak, gulab jamun, barfi, dan sebagainya berlainan nama dan bentuknya, tetapi gula di dalamnya sama. Demikian pula asas kasih merupakan kekuatan tidak terlihat yang menjiwai semua jalan bakti. Karena itu, tempuhlah hidupmu dengan kasih dan akhiri hidupmu dengan kasih. Inilah latihan rohani yang sejati. Engkau tidak terpisah dari Tuhan.
Tuhan merupakan landasan hidup manusia. Engkau dapat menyucikan hidupmu dengan perbuatan atau karmamu. Sampaikan hormat baktimu kepada karma sebelum engkau melakukan kegiatan. Seorang supir menyampaikan hormat baktinya kepada roda kemudi sebelum ia duduk di kursi pengemudi. Seorang penari menyampaikan hormat bakti kepada gelang kakinya sebelum ia mengenakan gelang itu dan memulai pertunjukan tarinya. Seorang bakta menyampaikan hormat bakti kepada kitab Bhagawad Gita sebelum ia mulai membacanya.
Berdoa kepada karma dimaksudkan agar engkau hanya melakukan perbuatan baik yang akan memberikan hasil yang baik. Inilah ajaran budaya pusaka kita. Sebelum melakukan suatu kegiatan, engkau harus mempersembahkan karma dan hasilnya kepada Tuhan. Seorang supir truk yang buta huruf menyampaikan hormat bakti pada pekerjaan yang dilakukannya, tetapi tidak demikian halnya dengan cendekiawan yang mempunyai pengetahuan ( duniawi ). Hal ini terutama disebabkan oleh ego. Cendekiawan semacam itu mungkin menganggap dirinya sangat bijaksana, tetapi sebenarnya ia memperlihatkan kebodohannya. Seperti halnya bayangan kita mengikuti kita, demikian pula kebodohan mengikuti orang sombong yang egonya menggelembung. Kehidupan manusia merupakan gabungan kebijaksanaan dan kekaburan batin. Sangat kelirulah, jika kauanggap dirimu bijaksana. Kekaburan batin mengikuti engkau bagaikan bayangan dalam segala hal yang kaulakukan. Untuk melenyapkan kekaburan batin ini, engkau harus menganggap seluruh dunia sebagai perwujudan Tuhan ( Sarvam Vishnumayam Jagat ). Di dunia ini tiada apa pun yang bukan perwujudan Tuhan. Berdasarkan inilah Santo Tyaagaraaja bernyanyi, “Oh Raama, Paduka ada dalam segala sesuatu, dari semut ( chiima ) hingga Brahma ‘Sang Pencipta’, dalam bentuk kasih.” Bagaimana manusia dapat mengabaikan Tuhan yang meliputi segala sesuatu seperti itu?
Anggaplah Setiap Detik sebagai Saat yang Suci
Perwujudan kasih!
Anggaplah setiap hari sebagai hari yang suci. Untuk memuja Tuhan, engkau tidak perlu menunggu tibanya perayaan Vinaayaka Chaturthi atau Navaraatri. Anggaplah setiap detik sebagai saat yang suci dan gunakan waktumu dengan baik. Banyak orang menyanyikan kidung suci tanpa memahami maknanya. Mereka terlalu merisaukan lagu serta iramanya, dan bukannya memusatkan perhatian kepada Tuhan. Tentu saja lagu dan irama juga penting dalam kidung suci. Akan tetapi, bila kauisi hatimu dengan kasih Tuhan, lagu dan irama secara otomatis akan disesuaikan. Jika engkau terlalu memusatkan perhatian pada lagu dan irama, engkau tidak akan dapat memikirkan Tuhan.
Bola besi yang dimasukkan ke dalam api akan menyatu dengan api ( membara ), demikian pula pikiranmu harus menyatu dengan Tuhan. Air tidak dapat dipisahkan dari susu, demikian pula pikiran dan perasaanmu harus menunggal dengan Tuhan. Jangan beranggapan bahwa engkau terpisah dari Tuhan. Orang yang menyadari asas kemenunggalan ini adalah manusia sejati. Jangan membatasi pemujaan kepada Tuhan hanya pada hari raya. Setiap saat harus dilewatkan untuk merenungkan Tuhan. Mungkin engkau berpikir, “Bila setiap saat dilewatkan untuk merenungkan Tuhan, bagaimana kita bisa bekerja?” Jangan membeda-bedakan antara pekerjaanmu dengan pekerjaan Tuhan. Pekerjaanmu adalah pekerjaan Tuhan karena engkau dan Tuhan adalah satu. Kelirulah jika engkau mengira bahwa semua yang kaulakukan di ruang doa adalah pekerjaan Tuhan, dan di luar ruang doa adalah pekerjaanmu. Jangan memiliki rasa terpisah seperti itu. Anggaplah hatimu sebagai altar Tuhan dan palingkan pandanganmu ke dalam batin. Orang yang memahami kebenaran ini dan bertindak sesuai dengan kesadaran tersebut adalah manusia sejati.
Hanya Kasih kepada Tuhanlah yang Dapat Disebut Kasih Sejati
Engkau mengira bahwa engkau mencintai keluarga dan teman-temanmu, tetapi itu tidak dapat disebut kasih dalam pengertian yang sebenarnya. Itu hanya rasa sayang atau kelekatan. Hanya kasih kepada Tuhanlah yang dapat disebut kasih sejati. Bila kausebut dirimu sebagai bakta Swami, perbuatanmu harus sesuai dengan harapan Swami. Jangan kauhitung berapa karung beras dan berapa pakaian wanita serta pakaian pria yang telah kaudermakan kepada fakir miskin. Perhitungan semacam itu dapat kauserahkan kepada kantor pajak penghasilan, bukan kepada Tuhan. Tuhan menghendaki kualitas, bukan kuantitas. Tuhan melihat perasaan di balik kegiatan amalmu.
Bahkan kegiatan amal yang kecil pun akan bermakna besar sekali dalam pandangan Tuhan, jika dilakukan dengan hati yang murni. Sesendok teh susu sapi lebih baik daripada bertong-tong susu keledai. Tuhan merasa senang sekalipun engkau hanya mempersembahkan sesendok teh susu dengan cinta kasih. Tuhan selalu memperhatikan perasaanmu. Penilaian Tuhan selalu sempurna, tidak seorang pun dapat menyamai Beliau dalam hal ini.
Jagalah Sikap dan Tingkah Lakumu agar Sesuai dengan Kehendak Tuhan
Banyak siswa memuja Vinaayaka agar memperoleh nilai yang tinggi dalam ujian, agar meraih gelar yang tinggi, dan agar mendapat reputasi yang hebat. Namun, mereka tidak menginginkan sifat dan tingkah laku yang baik. Mereka harus meningkatkan sifat-sifat baik yang disukai Tuhan. Sebelum melakukan sesuatu, selidikilah apakah hal itu menyenangkan Tuhan. Engkau pasti akan sukses, jika Tuhan senang dengan perbuatanmu. Jangan terpengaruh oleh rasa suka dan rasa tidak sukamu. Bertingkahlakulah sesuai dengan kehendak Tuhan. Buanglah sifat mementingkan diri dan sikap mengutamakan keuntungan pribadi. Tingkatkan kesucian, ketabahan, dan keuletan. Inilah ajaran Ganapati.
Ganapati menganugerahkan buddhi, ‘kecerdasan dan kemampuan pertimbangan’ serta siddhi, ‘pemenuhan’. Manusia hanya dapat mencapai siddhi, jika ia mempunyai buddhi yang baik. Engkau harus mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati dan mempersembahkan segala yang kaulakukan kepada-Nya, maka pekerjaan sederhana yang kaulakukan pun akan bermakna.
Di negeri Bhaarat ini Ganapati sangat dihormati. Pemujaan kepada Ganapati sudah lazim di seluruh India. Ganesha bersinar dalam setiap hati. Siapakah Bhagawan, ‘Tuhan’? Bha berarti ‘kecemerlangan’. Beliau yang kecemerlangan-Nya memancar ke mana-mana adalah Bhagawan. Engkau memiliki Tuhan, sumber kecemerlangan, di dalam hatimu, jadi mengapa kaucari Beliau di dunia luar? Carilah di dalam hatimu.
Perwujudan kasih, anak-anak-Ku sekalian!
Tuhan hanya dapat dicapai dengan kasih yang murni dan tidak mementingkan diri. Mungkin engkau melantunkan 108 atau bahkan 1008 nama Tuhan, tetapi jika tiada pengabdian tanpa pamrih, semua itu tidak ada gunanya. Semua pengidungan ini adalah kegiatan yang hampa.
“Hanya darmabaktilah yang membawa hasil. Tirakat, peziarahan, pengkajian kitab-kitab suci, atau pengidungan yang tiada putusnya, semua ini tidak dapat membantu manusia menyeberangi lautan samsaara, jika ia tidak berdarmabakti kepada orang yang suci.”
( Sloka Bahasa Sanskerta )
Capailah Tuhan Melalui Pengabdian Tanpa Pamrih
Pelayanan kepada sesama makhluk sama dengan memuja Tuhan. Jika engkau mendapati sesama makhluk yang sedang berada dalam kesulitan, berusahalah menolongnya sebelum melakukan pekerjaanmu di kantor atau di tempat lain.
Sebuah contoh kecil: seorang pemuda dari Delhi telah mencamkan wacana Swami dengan saksama. Suatu hari ia berjalan ke kampus untuk menempuh ujian yang akan dimulai pukul 8.00 pagi. Di jalan dilihatnya seorang pengemis jatuh karena sakit payah dan tidak dapat berjalan. Ditolongnya pengemis itu bangkit, dibawanya ke rumah sakit, dan diurusnya hingga pengemis itu dirawat inap di situ. Sementara itu waktu sudah menunjukkan pukul 10.00. Ketika ia mengetahui hal itu, disadarinya bahwa sudah sangat terlambat untuk mengikuti ujian. Ia berpikir, “Yah, ini ujian dari Swami untuk menguji sikap dan kelakuanku.” Ia tidak menyesal, walaupun tidak dapat mengikuti ujian. Sesungguhnya ia bahkan merasa bahagia. Ketika menemui Swami, ia berkata kepada-Ku, “Swami, satu ujian sudah hilang. Saya tidak akan lulus tahun ini. Tetapi selalu ada tahun depan. Saya tidak menyesal karena saya sudah lulus dalam ujian Swami.” Kukatakan kepadanya, “Jangan khawatir, engkau juga lulus dalam ujianmu.” Bulan berikutnya hasil ujian diumumkan. Ia memperoleh rangking pertama. ( Hadirin bertepuk tangan ).
Pemuda itu tidak mencemaskan ujiannya karena ia telah melakukan perbuatan mulia yaitu menolong seorang lelaki miskin yang malang. Ia mengira bahwa ia telah gagal dalam ujian duniawi, tetapi telah lulus menempuh ujian Tuhan. Banyak siswa seperti ini yang lebih mengutamakan pelayanan daripada ( kepentingan ) dirinya sendiri. Bila engkau memiliki sikap seperti ini dalam hidupmu, engkau tidak akan pernah gagal. Apa pun yang kaulakukan, lakukan dengan sepenuh hati. Dengan demikian engkau dapat menghayati Tuhan.
Kesabaran adalah Keutamaan Terluhur
Banyak orang menganggap ( upacara ) pemujaan kepada Tuhan itu penting. Dalam proses ini mereka mengabaikan pekerjaannya. Ini kesalahan yang besar. Tentu saja pemujaan itu penting. Akan tetapi, apa sebetulnya yang dimaksud dengan pemujaan? Mempersembahkan berbagai macam bunga kepada gambar atau arca Tuhan bukanlah pemujaan dalam pengertian yang sebenarnya. Engkau harus mempersembahkan bunga hatimu kepada Tuhan. Itulah sebabnya Kukatakan kepadamu dalam darmawacana tempo hari,
“Persembahkan kepada Tuhan bunga ahimsa ‘tanpa kekerasan’, pengendalian indra, welas asih kepada semua makhluk, kesabaran, kedamaian, tapa, meditasi, dan terutama kejujuran. Inilah bunga-bunga yang disukai Tuhan.”
( Puisi Bahasa Telugu )
Di antara semua itu, yang terbaik adalah bunga kesabaran. Karena memiliki bunga ini akhirnya Dharmaraaja mencapai moksa. Walaupun menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan yang berat, akhirnya ia sukses. Istrinya dilecehkan di depan umum. Semua orang memandang rendah Paandava. Namun, Dharmaraaja tidak terpengaruh. Apa yang akan terjadi pasti akan terjadi. Orang harus menanggung dengan sabar segala hal yang menimpanya. Sambil berpikir seperti ini, Dharmaraaja memejamkan matanya dan bermeditasi kepada Krishna. Akan tetapi, Bhiima bagaikan mendidih karena marahnya. Ia sangat berang, “Kakanda, cukup sudah darma Kakanda. Sekarang serahkan kepada kami dan lihatlah apa yang terjadi.” Dharmaraaja menjawab, “Bhiima tersayang, jangan berbicara mengenai Dharma Anda dan Dharma saya. Dharma itu satu. Perbuatan yang memuaskan hati nurani adalah darma yang harus diikuti.” Bhiima berkata, “Bila istri kita dilecehkan di depan umum, bagaimana kita dapat menutup mata dengan tenang? Akan kucabik Kaurava hingga hancur!” Namun, Dharmaraaja menenangkannya. Paandava mempercayai Dharmaraaja sepenuhnya sehingga akhirnya mereka menang.
Jangan Kehilangan Ketenangan Hatimu dalam Segala Keadaan
Ketika Ashvatthaamaa membunuh para putra Draupadii ( secara curang dan keji ), Arjuna sangat berang. Ditangkapnya Ashvatthaamaa, diikatnya tangan dan kaki si pembunuh, lalu dibawanya ke hadapan Draupadii sambil berkata, “Inilah bajingan yang membantai putra-putramu. Akan kucincang dia! Engkau dapat meminyaki rambutmu dengan darahnya!” Draupadii menenangkan Arjuna dengan berkata, “Jangan kaulakukan hal itu. Mengapa?”
“Orang yang ketakutan dan kehilangan segenap keberaniannya, atau orang yang tidur lelap, atau mabuk berat, atau sudah menyerah kepadamu, atau seorang wanita, oh Arjuna, orang semacam itu tidak patutlah dibunuh.”
( Puisi Bahasa Telugu )
Sambil berkata demikian, dipegangnya tangan Arjuna agar tidak menghabisi Ashvatthaamaa. Draupadii bersujud pada kaki Ashvatthaamaa dan berkata,
“Di kaki ayah Anda, Dronaachaarya, suami saya mempelajari semua yang diketahuinya. Sebagai putra Dronaachaarya, pantaskah Anda menghabisi anak-anak saya? Bagaimana Anda bisa tega membunuh mereka yang tidak bersenjata, masih muda, tidur lelap, tidak menaruh dendam kepada Anda, dan tidak merencanakan apa pun untuk menyakiti Anda?”
( Puisi Bahasa Telugu )
Walaupun Draupadii menegur Ashvatthaamaa atas perbuatannya yang kejam, semua itu diucapkannya dengan tenang. Sikap tenang seperti itu sering dapat menyelesaikan banyak masalah yang sulit. Janganlah engkau kehilangan kedamaian hati walaupun berada dalam keadaan yang sangat sukar. Apa pun provokasinya, jangan berpikir untuk menyakiti atau merugikan siapa pun. Draupadii bertanya kepada Arjuna, “Jika Ashvatthaamaa kaubunuh, tidakkah ibunya akan menderita kesedihan yang sama seperti yang sekarang kuderita?” Walaupun demikian Bhiima masih tetap ingin menghabisi Ashvatthaamaa. Begitu marahnya Bhiima sehingga ia berkata,
“Draupadii ini wanita yang bodoh karena ia minta dengan sangat agar bedebah ini dibebaskan. Ia tidak merasa marah kepada pembantai putra-putranya. Ashvatthaamaa si pembunuh ini bukan seorang brahmana. Jangan lepaskan dia, habisi dia! Jika Adik tidak melakukannya, aku sendiri yang akan menghancurkan kepalanya dengan tinjuku yang ampuh, saksikan saja.”
( Puisi Bahasa Telugu )
Namun, dengan permohonannya, Draupadii berhasil membujuk Bhiima serta Arjuna dan menyelamatkan Ashvatthaamaa. Demikian luhurnya budi para wanita pada masa itu. Wanita memang bersifat pemaaf. Di negeri ini banyak wanita yang tabah, sabar, dan murni. Karena para wanita yang mulia semacam itulah, maka India masih tetap unggul dalam bidang spiritual.
Sabar dan pemaaf adalah keutamaan yang seharusnya ditingkatkan oleh semua orang. Bahkan engkau harus dapat memaafkan musuhmu. Hari yang disucikan untuk Ganapati ini mengajarkan kasih dan sifat pemaaf kepada kalian sehingga kalian dapat menyadari Tuhan dan menikmati kebahagiaan jiwa.
Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Hari Bhajana Bina Sukha Shaanti Nahi,” ‘Tanpa Mengidungkan Nama Tuhan, Tiada Sukacita & Kedamaian.”
Wacana Bhagawan pada perayaan Ganesha Chaturthi, 1-9-2000, di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam.
Diterjemahkan Oleh : Dra. Retno Buntoro
Berikut audio dari wacana ini: