Wacana Bhagawan pada perayaan Krishna Janmaashtami, 6 – 9 – 2004
Lindungi Kehormatan dan Martabat Perempuan
Manusia dapat mengarungi lautan kehidupan duniawi Bukannya dengan bertapa, berziarah, mempelajari kitab-kitab suci, Atau melakukan japa. Ia hanya dapat mencapainya dengan melayani orang-orang yang saleh.
( Sloka bahasa Sanskerta )
Perwujudan kasih!
Mungkin seseorang melakukan tapa brata sampai lama, mungkin ia menguasai semua kitab suci, mungkin ia mengunjungi berbagai tempat peziarahan, atau melakukan berbagai perbuatan yang bajik dan beramal, tetapi ia tidak dapat menyeberangi lautan kehidupan duniawi, tanpa melayani jiwa-jiwa yang mulia.
Belajar Tanpa Praktek itu Sia-sia Belaka
Mungkin kalian tahu bahwa Raavana adalah cendekiawan yang hebat. Ia menguasai keempat Veda dan keenam Shaastra. Walaupun mengetahui semua kitab-kitab suci ini, adakah perubahan pada dirinya? Tidak. Ia bukannya memupuk sifat-sifat yang suci ( daivatva ), melainkan bahkan meningkatkan sifat-sifat iblis ( daanavatva ). Kesepuluh kepala Raavana melambangkan empat Veda dan enam Shaastra. Raama memenggal kesepuluh kepala Raavana karena Raavana tidak menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya. Sekadar mempelajari kitab-kitab suci dan melantunkan Veda tidak akan menimbulkan perubahan apa pun. Dengan memenggal kepala Raavana, Raama menyebarluaskan kebenaran ini di dunia. Secara harfiah Raavana tidak mempunyai sepuluh kepala. Sesungguhnya keempat Veda dan keenam Shaastra melambangkan kesepuluh kepalanya. Amanat yang disampaikan Raama yaitu sekadar memperoleh atau menambah pengetahuan itu tidak banyak gunanya.
Segala yang diajarkan Tuhan dimaksudkan untuk kebaikan dan kesejahteraan umat manusia. Cukuplah bila engkau mengamalkan setidak-tidaknya satu dari berbagai ajaran Veda. Segala pengetahuanmu tidak ada gunanya bila tidak kauterapkan dalam hidupmu. Raavana mencamkan pelajaran ini ketika ia menghadapi ajalnya. Hanya pada waktu itulah ia menginsafi kesalahannya dan menyesalinya. Dengan penyesalan yang tulus ia menjadi murni dan suci.
Di Prashaanti Nilayam, kalian dapati bahwa anak-anak S.D. pun ikut serta melantunkan Veda bersama siswa sekolah lanjutan dan mahasiswa. Mereka mengetahui semua mantra Veda, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk mengamalkannya. Meskipun demikian, mereka mengerti bahwa sekadar melantunkan Veda tidak banyak gunanya.
Hanya Tuhanlah yang ada. Dunia ini hanya ilusi ( atau kekeliruan persepsi akibat kemampuan pengindraan manusia yang terbatas, keterangan penerjemah ). Ajaran Veda yang suci ini harus dipublikasikan dan disampaikan kepada setiap orang. Kalian dapati banyak peminat kehidupan spiritual ( saadhaka ) melantunkan dan mengajarkan Veda. Akan tetapi, ini tidak akan bermanfaat bila ia tidak mengamalkan hal yang diajarkannya. Itu seperti tape recorder yang memainkan kaset nyanyian, tetapi tidak dapat menghayati melodinya. Karena itu, engkau harus mengenali, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran suci Veda.
Sri Krishna mempraktekkan hal yang Beliau ajarkan. Ajaran Beliau diberikan untuk diamalkan. Engkau membaca dalam Mahaabhaarata tentang banyak cendekiawan hebat dan berbagai tokoh sangat terkenal yang telah menguasai pengetahuan Veda, tetapi tidak mengamalkan pengetahuan anugerah Tuhan ini dalam hidupnya sehari-hari. Tuhan sama sekali tidak pilih kasih atau tidak menyukai siapa pun. Tuhan tidak membeda-bedakan. Semuanya sama bagi Tuhan. Akan tetapi, Beliau mengamati berapa banyak seseorang menerapkan ajaran Beliau.
Banyak orang menjalani tapa brata, mempelajari kitab-kitab suci, mengunjungi berbagai tempat peziarahan, dan melakukan japa ‘mengulang-ulang nama Tuhan’, tetapi apa gunanya? Banyak orang yang memohon japamala ‘tasbih’ kepada-Ku. Apakah akan kaukalungkan di lehermu untuk publisitas, atau untuk mendapatkan pengalaman spiritual? Kalau ingin melakukan saadhana japa ini, cukuplah bila engkau menggunakan tanganmu. ( Swami memperlihatkan dengan tangan Beliau begaimana cara melakukan japa ). Kelima jari tangan dapat digunakan sebagai japamala yang mempunyai 108 manik-manik. Dengan cara ini engkau dapat melantunkan nama “Raama, Raama,” 108 kali. Latihan spiritual ( saadhana ) ini tidak memerlukan japamala atau pun tempat tertentu. Engkau dapat melakukannya pada waktu sedang berjalan atau bahkan pada waktu berbaring sebelum tertidur. Bila ada jalan yang demikian mudah dan suci, mengapa engkau harus menempuh latihan spiritual yang berat sampai tidak tidur?
Idealisme Draupadii yang Tiada Bandingnya
Apakah yang disebut dosa ( paapa )? Menyakiti, mencaci maki, dan membunuh makhluk lain adalah dosa. Apa yang disebut perbuatan berpahala ( punya )? Menolong makhluk lain adalah perbuatan yang berpahala. Karena itu, janganlah engkau membalas perbuatan yang jahat dengan perbuatan jahat. Sebaliknya, engkau harus berjiwa besar dan memaafkan orang yang menjahati engkau. Ada banyak ajaran suci semacam itu dalam Mahaabhaarata.
Draupadii terkenal karena kesetiaannya kepada suaminya. Ia melindungi suaminya, Paandava bersaudara, dengan berbagai cara. Setelah para putra Paandava yang masih muda dibantai secara mengerikan, Arjuna mengejar dan menangkap Ashvatthaama, pelaku perbuatan keji itu, lalu menyeretnya ke hadapan Draupadii. Draupadii bukannya mengutuk penjahat itu dan menyatakan hukumannya, melainkan bahkan bersujud di kaki Ashvatthaama, putra guru yang sangat dihormati suaminya, lalu berkata,
“Di kaki ayah Anda, Dronaachaarya, suami saya mempelajari segala yang mereka ketahui. Sebagai putra Dronaachaarya, pantaskah Anda membunuh anak-anak saya? Bagaimana Anda bisa begitu tega, membantai mereka yang tidak bersenjata, masih muda, sedang tidur lelap, tidak memusuhi Anda, dan tidak pernah berpikir untuk menjahati Anda? Anda adalah cendekiawan, bukan iblis. Jadi, bagaimana Anda bisa melakukan perbuatan sekeji itu?
( Puisi bahasa Telugu )
Ketika Arjuna akan menghabisi Ashvatthaama, Draupadii bersujud di kakinya dan berusaha memberi pengertian, “Arjuna! Apakah putra-putra saya akan hidup lagi bila Ashvatthaama dibunuh? Ibunya pun akan mengalami kesedihan yang sama seperti yang sekarang saya tanggung karena kehilangan anak-anak saya. Setelah mempelajari Veda dan Shaastra, mengapa Kakanda tidak bisa menjaga ketenangan batin Kakanda?”
“Tubuh ini terbuat dari kelima unsur alam dan cepat atau lambat pasti akan binasa, tetapi penghuninya tidak lahir dan tidak mati. Penghuninya sama sekali tidak mempunyai kelekatan. Ia adalah saksi abadi. Sesungguhnya penghuninya yaitu atma Adalah Tuhan sendiri.”
( Puisi bahasa Telugu )
Ketika Draupadii memohon seperti itu, Bhiima tidak tahan melihatnya. Kemarahan Biima meledak dan ia berteriak,
“Draupadii ini perempuan bodoh karena ia mohon agar bajingan ini dilepaskan. Ia tidak merasa marah kepada pembunuh putra-putranya.”
( Puisi bahasa Telugu )
Dengan tinju terkepal Bhiima maju menghampiri Ashvatthaama untuk menghabisinya. Dalam kemarahannya yang tidak terkendali ia berdebat dengan Draupadii, “Apa engkau sudah gila? Mengapa engkau berusaha menyelamatkan orang ini, yang menggorok leher kelima putramu tanpa mengenal kasihan? Akan kuhancurkan kepala pembunuh anak-anak ini sampai berkeping-keping dengan tinjuku. Jangan menghalangi aku.” Pada saat itu Draupadii bersujud di kaki Bhiima dan mohon agar ia tidak menghabisi Ashvatthaama. Draupadii mohon agar Bhiima menenangkan diri. Orang-orang di sekitar mereka yang menyaksikan kejadian ini tercengang. Mereka heran memikirkan apakah Draupadii benar-benar sudah tidak waras! Sesungguhnya dunia akan menjadi lebih baik seandainya setiap orang terkena kegilaan semacam itu.
Ketika Draupadii mohon kepada suaminya agar Ashvatthaama dibiarkan hidup, putra Dronaachaarya itu lalu bersujud di kaki Draupadii. Draupadii senang melihat perubahan dalam diri Ashvatthaama dan berkata kepadanya, “Jangan bersujud di kaki saya. Lebih baik bersujudlah di kaki ibu Anda. Jangan pernah membuat beliau sedih seperti yang telah Anda lakukan kepada saya. Jangan pernah menyebabkan beliau menderita batin, jaga dan uruslah beliau dengan baik.”
Bahkan kehilangan lima putra tidak membuat Draupadii menangis sedih. Draupadii tidak hanya berdoa untuk keselamatan dan kebahagiaan suaminya, tetapi untuk semua orang. Ia dapat menguasai kesedihannya sepenuhnya. Mari kita renungkan sejauh mana kita mengikuti teladan Draupadii.
Demikianlah Draupadii mohon kepada Arjuna dan Bhiima agar mengampuni Ashvatthaama atas perbuatannya yang mengerikan. “Membunuh orang lain adalah dosa yang besar. Jangan melakukan dosa ini,” demikian ia mencoba memberi pengertian kepada Arjuna. Arjuna menjawab, “Adinda mencegah saya memenuhi sumpah saya.” Mendengar ini Draupadii berkata, “Mencukur kepalanya dan menanggalkan mahkotanya sama dengan membunuhnya.” Arjuna menerima nasihat Draupadii dan sebagai tanda hukuman ia mencukur kepala Ashvatthaama, mengambil mahkotanya, lalu menyuruhnya pergi.
Ada banyak perempuan yang mulia seperti Draupadii. Ia merupakan ideal bagi semua wanita. Mengapa kita melupakan ajaran orang-orang perempuan yang berjiwa besar semacam itu? Dewasa ini perempuan hanya diperlakukan seperti wayang. Namun, mereka penuh keberanian, pengorbanan, keteguhan hati, dan kejujuran. Lelaki tidak mempunyai sifat-sifat luhur yang dimiliki perempuan. Karena para perempuan yang mulia semacam itulah, maka kebudayaan para putra Bhaarat dihargai dan dihormati. Jika tidak, pasti kebudayaan ini sudah sejak lama merosot. Pernahkan engkau menyadari kenyataan bahwa perempuan diberkati dengan berbagai keutamaan yang mulia seperti keberanian, keteguhan, dan kebajikan? Sifat-sifat luhur ini tidak ditemukan dengan mudah pada lelaki. Mengapa? Sebagian besar kaum pria terkena penyakit kemarahan yang menghancurkan diri mereka.
Orang yang pemarah tidak akan sukses dalam segala usahanya. Ia akan berbuat dosa dan ditertawakan oleh semuanya.
( Puisi bahasa Telugu )
Memang sekali-sekali perempuan pun bisa saja terbawa rasa marah dan melakukan perbuatan yang berdosa. Perempuan semacam itu harus diampuni dan didorong agar memperbaiki diri. Janganlah mereka dikecam dan disalahkan. Keutamaan kesabaran dan ketekunan dalam diri perempuan itu besar. Sesungguhnya keutamaan yang merupakan ciri khas Draupadii adalah ketenangannya pada waktu menghadapi kesulitan, dan ini telah menyelamatkan Paandava bersaudara. Kini pun ada beberapa perempuan semacam itu. Sifat-sifat buruk seperti kemarahan, hawa nafsu, kedengkian, iri hati, dan kesombongan lebih menonjol pada kaum pria. Perempuan dapat mengendalikan sehingga cacat cela semacam itu tidak menguasai dirinya. Mengingat ini, tidakkah kita wajib memberi dorongan dan menghormati perempuan semacam itu yang memelihara dan membantu meningkatkan kedamaian serta keselarasan? Sebaliknya, perempuan bahkan diremehkan dan dilecehkan. Tidak, tidak. Ini tidak boleh terjadi. Perempuan dengan sifat-sifat mulia seperti itu patut diberi semangat dan dihargai.
Beberapa hari yang lalu di pendapa ini kalian menyaksikan acara yang menyorot keluhuran perempuan. Suatu drama kecil dimainkan di pendapa ini oleh Chethana. Di situ diperlihatkan kemuliaan Siitaa sebagai perempuan yang ideal. Siitaa dan Draupadii adalah perempuan yang sangat setia kepada suaminya ( pativrata ). Usaha untuk memperlihatkan kebesaran perempuan perlu diberi dorongan.
Hanya Satya dan Darmalah yang Dapat Melindungi Dunia
Semangat cinta damai dan pemaaf yang diperlihatkan oleh Draupadii harus disebarluaskan sedangkan kekerasan harus dikutuk dan dihukum. Ajaran kedamaian dan tanpa kekerasan sangat penting bagi Bhaarat. Kebenaran ( satya ) dan kebajikan ( dharma ) merupakan ciri utama kebudayaan India. Bila kedua keutamaan ini dilindungi, negara akan terlindung. Bila engkau ingin melindungi negerimu, engkau tidak perlu masuk angkatan bersenjata dan berperang. Bila engkau melindungi kebenaran dan kebajikan, maka kedua keutamaan ini akan melindungi negara. Membinasakan musuh dalam perang itu tidak hebat. Yang pertama dan terpenting, lindungi kebenaran dan kebajikan. Kemudian secara otomatis negerimu akan terlindung.
Kebudayaan India mengimbau, “Satyam vada,” ‘Ucapkan kebenaran’, dan “Dharmam chara,” ‘Lakukan kebajikan’. Bila kauamalkan ini dengan tekun, engkau akan menjadi berani, teguh hati, dan penuh kekuatan. Bila engkau melindungi kebenaran dan kebajikan, maka Tuhan tidak hanya akan melindungi engkau dan negerimu, tetapi juga seluruh dunia. Anggaplah kebenaran sebagai napas hidupmu dan kebajikan sebagai tamengmu. Bila engkau memiliki kedua keutamaan ini, engkau akan memiliki segala-galanya. Engkau tidak perlu berkelahi dengan siapa pun di dunia ini. Dunia tidak pernah menyakiti atau merugikan engkau. Tidak ada hebatnya menyerang mereka yang tidak pernah menyakiti atau merugikan engkau.
Mahasiswa dan pelajar yang terkasih!
Lindungi kebenaran dan tingkatkan kebajikan. Cukuplah itu. Kebenaran dan kebajikan itu tidak terpisahkan. Yang satu tidak bisa ada tanpa lainnya. Tidak bisa ada kebenaran ( satya ) tanpa kebajikan ( dharma ). Demikian pula tidak bisa ada kebajikan tanpa kebenaran. Anggaplah kedua hal ini sebagai napas hidupmu. Inilah ajaran Draupadii.
“Satya dharmamu shaanti premalatoo, Nii nitya jiivana yatra saginchu.”
Artinya,
‘Oh manusia! Tempuhlah perjalanan hidupmu dengan bantuan kebenaran, kebajikan, kedamaian, dan kasih’.
( Nyanyian bahasa Telugu )
Engkau harus berpegang teguh pada keempat prinsip ini, apa pun yang terjadi. Jangan pernah berhenti mengamalkan keempat keutamaan ini dalam keadaan apa pun. Pasti Tuhan akan melindungi engkau. Sejarah penuh dengan berbagai contoh yang menunjukkan bahwa orang-orang yang berpegang teguh pada prinsip satya dan dharma selalu dilindungi Tuhan. Salah satu contoh semacam itu adalah kisah Paandava. Mereka menghadapi berbagai kesulitan yang tidak teratasi. Namun, mereka selalu selamat karena mengikuti kebenaran serta kebajikan, dan istri mereka yang setia, Draupadii, selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip ini. Ketaatannya mengikuti kebenaran dan kebajikanlah yang membuat Draupadii menjadi salah satu perempuan yang paling mulia. Ia melambangkan kebenaran dan kebajikan.
Bila engkau berpegang teguh pada kedua prinsip ini, mereka akan tetap bersamamu hingga saat yang terakhir. Mungkin engkau membantah, “Di dunia dewasa ini mana ada kebenaran dan kebajikan? Siapa yang dilindungi oleh satya dan dharma?” Ini sanggahan yang sama sekali salah. Sesungguhnya sampai sekarang pun kebenaran dan kebajikan ada dalam diri perempuan. Mereka tidak akan pernah berhenti mengamalkan kedua keutamaan itu. Bila engkau melindungi kebenaran dan kebajikan, pada gilirannya, mereka akan berdiri di depanmu dan melindungi engkau.
Kebenaran dan Kebajikan adalah Manifestasi Tuhan
Sayangnya kini orang-orang bukannya mengamalkan petunjuk satyam vada ‘ucapkan kebenaran’ dan dharmam chara ‘lakukan kebajikan’, tetapi bahkan mengikuti versi yang diplesetkan yaitu satyam vadha ‘bunuh kebenaran’ dan dharmam chera ‘penjarakan kebajikan’. Ini penyimpangan yang parah. Engkau harus menempuh hidupmu berdasarkan satya ‘kebenaran’ serta dharma ‘kebajikan’ dan menganggapnya sebagai hal yang lebih penting daripada nyawamu sendiri.
Beberapa perempuan datang kepada-Ku dengan hati yang sedih dan memberitahukan, “Swami, suami saya sudah meninggal. Ini menyebabkan saya sangat menderita batin.” Kemudian Aku akan menanggapinya dengan berkata, “Sangat bahagia.” Mereka sangat tidak senang dengan sikap-Ku dan bertanya, “Bagaimana ini Swami? Apakah Swami senang mendengar berita meninggalnya suami saya?” Apa yang harus Kukatakan? Aku selalu bahagia. Aku tidak mengerti apa yang disebut kesedihan itu. Aku selalu melaksanakan tugas-Ku.
Tuhanlah yang melindungi setiap orang. Karena itu, berdoalah selalu kepada Tuhan. Ada orang yang melupakan Tuhan dan menggantungkan diri pada belas kasihan manusia. Alangkah tidak waras! Engkau harus bergantung kepada Tuhan untuk segala hal dalam hidupmu. Itulah tapa yang sejati.
Melindungi Perempuan adalah Tanggung Jawab Lelaki
Para perempuan Bhaaratlah yang telah melindungi dan memelihara negeri ini sejak zaman dahulu. Sesungguhnya mereka adalah kehidupan negeri ini. Mereka adalah perwujudan kebenaran dan kebajikan. Dan pada gilirannya, kebenaran serta kebajikanlah yang selalu melindungi Bhaarat. Karena itu, betapa besar penghormatan dan penghargaan yang harus kita perlihatkan kepada perempuan! Sebaliknya, dewasa ini ada sejumlah orang yang membuat perempuan sangat menderita. Karena kebiasaan buruk dan pergaulan dengan teman-teman yang tidak baik, ada orang-orang yang kehilangan kemampuan pertimbangannya dan menganiaya perempuan. Perempuan tidak boleh dibuat menderita apa saja. Mereka harus dihargai, dihormati, dan dilindungi dengan segala cara. Selama ini perempuan di Bhaarat selalu dijunjung tinggi dan sangat dihargai. Ada banyak perempuan yang setia dan berbudi luhur di negeri ini. Meskipun demikian, anak negeri ini masih saja mengalami berbagai kesulitan. Apa penyebabnya? Salah siapa ini? Keadaan itu timbul karena anak negeri ini tidak memberikan penghormatan dan penghargaan serta tempat yang sepatutnya kepada perempuan dalam masyarakat. Secara jujur kesalahannya terletak pada kaum pria.
Sifat jujur perempuan sesungguhnya adalah tapa mereka. Karena itu, perempuan yang berbudi luhur seperti itu harus diberi dorongan dan dihormati. Bila prinsip yang mulia ini kauterapkan, hidupmu akan disucikan. Orang yang menganiaya istrinya tidak akan pernah bisa bahagia dan makmur. Jika lelaki tidak dapat melindungi istrinya yang bahkan bersedia mengorbankan hidupnya demi suami, lalu apa gunanya mereka hidup? Sesungguhnya perempuan itu ibarat dewata yang melindungi rumah tangganya. Melindungi perempuan adalah kewajiban utama pria.
Jangan pernah membiarkan istrimu menitikkan air mata. Rumah tangga yang perempuannya menangis akan segera hancur. Perempuan memberikan teladan kepada masyarakat. Mereka adalah lambang idealisme. Jangan pernah membuat mereka sedih atau menderita.
Lelaki harus menempuh hidup yang benar dan bajik. Hanya dengan demikianlah mereka dapat melindungi negara dan layak disebut sebagai pria sejati. Kalau tidak, bagaimana mereka bisa menganggap dirinya layak disebut manusia? Banyak pria yang pergi ketempat ibadah. Bila mereka mengunjungi tempat ibadah, mereka harus bernazar untuk menghormati dan melindungi perempuan. Hanya dengan demikianlah Tuhan akan melindungi mereka. Hanya bila kaum wanita selamat, maka seluruh dunia akan bahagia. Karena itu, bila engkau ingin melindungi darma di dunia, pertama-tama engkau harus melindungi darmamu kepada perempuan.
Perwujudan kasih!
Bayangkan suatu situasi ketika engkau berperan sebagai perempuan dan ada sejumlah lelaki yang menyiksamu. Betapa engkau akan merasa sangat sengsara dan tidak berdaya! Perempuan bersedia mengorbankan segala-galanya demi suami mereka. Akan tetapi, kaum pria tidak mempunyai semangat pengorbanan semacam itu. Kalian juga harus memupuk semangat pengorbanan seperti yang dimiliki perempuan. Hanya dengan demikianlah engkau akan layak disebut lelaki. Jika tidak, engkau hanya lelaki dalam wujudnya, tetapi tidak mempunyai sifat kejantanan. Lelaki menganggap perempuan sebagai kaum lemah. Namun, sesungguhnya perempuan adalah perwujudan shakti ‘kekuatan’.
Hanya Akulah yang mengetahui betapa menyedihkan keadaan perempuan yang telah kehilangan suaminya. Kita wajib melindungi perempuan semacam itu. Bila engkau dapat melaksanakan tugas ini dengan baik, engkau akan berbahagia sepanjang hidupmu.
Perwujudan kasih!
Engkau harus mengikuti kebenaran ( satya ) bahkan dalam hal-hal yang kecil. Raja Janaka, seorang raja besar yang tidak melekat pada keduniawian, biasa menyebarluaskan ajaran kebenaran dan kebajikan kepada rakyatnya dengan teladan perbuatannya sendiri. Putrinya, Siitaa, juga menempuh hidup yang saleh berlandaskan kebenaran dan kebajikan. Daripada membaca novel-novel picisan, seharusnya engkau mempelajari kisah kehidupan perempuan yang ideal semacam itu. Engkau harus mengkaji sejarah kuno Bhaarat yang suci. Watak dan moralitas wanita Bhaarat patut dihormati dan dijunjung tinggi. Engkau hanya akan layak disebut lelaki bila engkau berusaha melindungi perempuan yang mulia itu. Apakah engkau menjadi lelaki hanya dengan memelihara kumis atau jenggot? Kumis dan jenggot bukan tanda kejantanan yang sejati. Engkau harus melindungi perempuan dan menjunjung tinggi martabat keluarga. Hanya dengan demikianlah engkau dapat disebut sebagai lelaki yang gagah berani dan perkasa.
Perwujudan kasih!
Anggaplah perempuan sebagai perwujudan kebenaran. Seandainya pun engkau melihat kesalahan atau kekurangan-kekurangan kecil pada mereka, jangan kaubesar-besarkan. Hormati dan hargai mereka. Jangan mengucapkan sepatah kata pun yang dapat menyakiti hati mereka. Bila memang mempunyai niat, perempuan dapat mencapai tugas besar apa saja. Engkau bahkan harus siap mengorbankan hidupmu demi melindungi dan menolong perempuan. Setidak-tidaknya mulai hari ini kalian semua harus tampil untuk melindungi kehormatan dan martabat perempuan di dunia.
Perempuan juga harus menganggap suami mereka sebagai ( perwujudan ) Tuhan dan mengikuti satidharma ‘kewajiban istri yang setia’. Dalam hal ini lelaki wajib melindungi perempuan. Demikian pula, merupakan kewajiban perempuanlah untuk mengurus keluarganya. Ia wajib memelihara dan menjaga kelangsungan hidup seluruh keluarga sebagai kesatuan. Bila perempuan dilindungi, maka sebaliknya, mereka akan melindungi seluruh dunia. Kasihi dan hormati mereka. Jangan pernah meremehkan wanita dan jangan pernah memperlakukan mereka hanya sebagai permainan.
Kuharap kalian semua, kaum pria, setidak-tidaknya kelak, akan berusaha melindungi martabat dan kehormatan wanita, dan dengan demikian melindungi martabat dan kehormatan kalian sendiri. Kuakhiri wacana-Ku dengan berkat bagi kalian semua.
( Bhagawan menyudahi darmawacana dengan kidung suci, “Raama, Raama, Raama, Siitaa.” ).
Dari wacana kedua yang disampaikan Bhagawan pada sore hari dalam rangka perayaan Krishna Janmaashtami ‘hari lahir Sri Krishna’ di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 6 – 9 – 2004.
Diterjemahkan Oleh : Dra. Retno Buntoro
Audio Wacana sebagai berikut: