39. Pranava OM


OM adalah asal mula penciptaan, OM adalah sumber, kesejahteraan dan kekuatan. Ini adalah nafas kehidupan setiap makhluk. Sama seperti udara yang ditiup melalui alang-alang harmonium menghasilkan tujuh nada musik, Sa-Re-Ga-Ma-Pa-Da-Ni, OM adalah akar dari semua suara di seluruh alam semesta. Ketahuilah maknanya dan praktikkan pengucapannya. Dalam Gita, Tuhan telah memberikan jaminan kepada kita bahwa orang yang meninggal dengan pranava yang mengisi napas terakhirnya pasti akan dibebaskan.

Tentu saja, hanya dengan meneriakkannya (OM) dari ingatan, tidak akan ada gunanya. Suara OM tidak akan membantu bila pikiran masih melompat dari satu keinginan ke keinginan lain atau ketika seorang menangisi dirinya yang akan pergi dari dunia ini. Kemuliaan OM harus diingat sepanjang hidup jika ingin mengarahkan pikiran (kepada Tuhan) pada saat menjelang meninggalkan dunia ini. Ada beberapa yang menolak hak wanita untuk mengucapkan pranava. Ini adalah prasangka belaka; hal tersebut tidak ditetapkan dalam sastra. Ketika wanita berhak atas Brahma vidhya, lalu bagaimana seseorang dapat menjauhkan pranava dari mereka ? Pranava adalah Brahman dan melekat dalam keragaman ciptaan ini. Ia telah melampaui semua perbedaan kasta dan jenis kelamin; Ia (OM) memberikan kemajuan dan karunia pembebasan kepada pria, wanita dan semua ciptaan baik hidup dan mati. Pranava upasana ini, perenungan tentang OM, adalah jalan raya menuju kemenangan spiritual.

Sathya Sai Speaks Vol VI page 213/214

===

OM is the origin of creation, it is the source, sustenance and the strength. It is the life of every being. Just as the air forced through the reeds of harmonium produces seven musical notes, Sa-Re-Ga-Ma-Pa-Da-Ni, OM is at the root of all the sound in all the worlds. Know its significance and practice its recitation. In the Gita, the Lord has assured us that the person who dies with the pranava filling his last breath is sure to be liberated.

Of course, mere calling from memory is no benefit. The sound OM will not help when mind is jumping from one desire to another or weeping over one's imminent departure from the world. The glory of OM has to be remembered throughout life if it is to stand out before the mind at the moment of departure from the world. There are some who deny women the right to recite pranava. This is sheer prejudice ; it is not laid down in the sastras. When woman are entitled to Brahma vidhya, how can anyone keep pranava away from them ? The pranava is Brahman and is inherent in this multiplicity of creation. It has outgrown all distinctions of caste and sex ; it seeks the progress and liberation of men, women and all animate and inanimate creation. This pranava upasana, contemplation on OM, is the royal road to spiritual victory.

Sathya Sai Speaks Vol VI page 213/214