DAFTAR KATA


Ākāśa : eter; angkasa [salah satu dari kelima unsur alam ‘panca maha butha’ yang paling halus ‘pertiwi, apah, teja, bayu, ākāśa’].

Āranyaka : bagian dari kitab suci Veda yang berisi penyelidikan tentang kebenaran tertinggi.

Āranyakaparva : bagian dari kitab Mahābhārata yang menceritakan kisah Pāṇḍava dalam pembuangan di hutan.

Āśrama : tahap kehidupan. Menurut ajaran Veda, kehidupan manusia terbagi dalam empat tahap yaitu sebagai berikut .

  1. Tahap kehidupan sebagai siswa yang selibat (brahmacarya).
  2. Tahap menikah dan membina rumah tangga (gṛhastha).
  3. Setelah suami istri menyelesaikan tugas-tugas mereka sebagai orang tua dan anak-anaknya telah mandiri, mereka memasuki tahap ketiga dalam kehidupan. Tahap hidup menyepi untuk mendalami ajaran-ajaran kerohanian, melakukan latihan dan disiplin spiritual, serta menyangkal diri dan bermati raga (vānaprastha).
  4. Tahap yang dilewatkan dalam tirakat, matiraga secara total, dan merenungkan Tuhan dengan tiada putusnya (sannyāsa).

Ātmadharma : dharma ketuhanan atau dharma yang  dilandaskan pada kesadaran ātma.

Ātma suddhi : pemurnian diri. Ātma tatva : prinsip ātma.

Acaradharma : dharma praktis mengenai berbagai masalah​ dan kebutuhan jasmani yang sementara.

Adharma : kesesatan; kejahatan; hidup yang bertentangan dengan dharma.

Advitiya : tidak berwujud, tidak bersifat, tidak berubah.

Ahimsa : tanpa kekerasan.

Ajñāna : secara harfiah berarti ’tanpa pemgetahuan’: tidak mengetahui kenyataan dirinya sebagai ātma yang abadi dan menyamakan diri dengan tubuh, perasaan, serta pikiran.

Ambarīsa :raja yang saleh, pemuja Viṣṇu.

Antah Puruṣākāsah : angkasa di dalam batin manusia.

Arishadvarga : sadripu; enam sifat buruk yang merupakan musuh manusia; yaitu: kāmā ‘hawa nafsu’, krodha ‘kemarahan’, lobha ’keserakahan’, moha ‘kelekatan’, mada ’kesombongan’, dan mātsarya ‘kedengkian’.

Atma : kenyataan diri yang sejati; kesadaran universal yang abadi.

Bahirdhapurusakasah : angkasa yang terlihat di dunia luar bila manusia berada dalam keadaan jaga.

Bhakta : orang yang penuh kasih dan bhakti kepada Tuhan.

Bhagavad Gītā : secara harfiah berarti ’nyanyian Tuhan’. Kitab suci yang sangat terkenal ini merupakan bagian dari epik agung Mahābhārata dan mengandung intisari filsafat Vedānta. Buku ini tersusun dalam bentuk nasihat yang diberikan oleh Śrī Kṛṣṇa kepada Arjuna; berisi wejangan rohani yang ditujukkan kepada umat manusia   dan   mengajarkan   cara   untuk   mencapai persatuan dengan Tuhan melalui jalan pengetahuan, bhakti, kerja tanpa pamrih, serta meditasi.

Bhagavan : kata ini memiliki banyak arti yang mendalam. Menurut Bhagavan Baba: Bha berarti ’penciptaan’, ga berarti ‘perlindungan’, va berarti ‘perubahan’. Bhagavan adalah Ia yang mampu melakukan ketiga hal tersebut. Arti lain: bha berarti ‘kecemerlangan atau penerangan’, ga dalam konteks ini berarti ‘pemancaran atau penyebarluasan penerangan’. Kata vanta berarti “Ia yang memiliki kemampuan tersebut’. Jadi Bhagavan di sini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki kemampuan untuk memancarkan dan menyebarluaskan terang- Nya Arti lain lagi: Bhagavan adalah Ia yang memiliki tujuh ciri khas yaitu: (a) aishvarya ‘kemuliaan’, (b) kīrthi ’kemakmuran’, jñāna ’kebijaksanaan’, (d) vairāgya ’ketidakterikatan’, (e) srishti ‘kemampuan mencipta’, (f) sthithi ‘kemampuan memelihara’, dan (g) laya ‘kemampuan menghancurkan’.

Bharātiya : secara harfiah berarti ’putra Bhārat atau putra- putri tanah India. Arti yang lebih luas adalah semua orang yang mengikuti dan mengamalkan Sanātana dharma dharma yang abadi’

Bhūtanatha : Tuhan sebagai penguasa kelima unsur: tanah, air, api, udara, dan eter.

Brahmacarya : lihat penjelasan mengenai asrama.

Brahmajñāna: mengetahui dan menghayati Tuhan Yang

Brahman : Tuhan Yang Mahabesar dan Mahamutlak.

Brahmana : bagian dari Veda yang berisi petunjuk mengenai upacara, menguraikan cara penggunaan mantra- mantra agar manfaatnya dapat diperoleh dengan pengidungan yang tepat.

Brahmaṛṣi : ṛṣi dari kasta brahmana.

Brhad-Aranyaka-Upaniṣad : secara harfiah berarti ’rimba raya pengetahuan’; salah satu dari sepuluh Upaniṣad terpenting yang berisi uraian filsafat dan mistik tingkat tinggi.

Citta : kesadaran; ingatan.

Darshan : (1) melihat seorang suci yang agung, (2) melihat wujud Tuhan dan menerima berkat-Nya.

Deha : tubuh atau ciptaan.

Devamandir : pura Tuhan; tempat ibadat; tempat Tuhan bersemayam

Dharmaja : putra sulung di antara Pāṇḍava bersaudara. Juga dikenal dengan nama Yudhiṣṭhira, Dharmarāja, atau Dharmaputra.

Dharmapatni : istri yang dipertalikan pada suaminya menu- rut peraturan-peraturan kitab suci untuk menjadi pa- sangan dalam kehidupan rohani dan duniawi.

Dharma Śāstra : lihat Śāstra.

Dharovaca : Dewi Bumi berkata.

Durvāsa : seorang ṛṣi yang terkenal pemarah.

Duryodhana : putra sulung di antara Kaurava bersaudara, tokoh yang jahat dalam kisah Mahābhārata.

Dvāpara : lihat penjelasan mengenai yuga.

Eka Citta : pemusatan pikiran.

Gaurangga  :  1486-1533,  terkenal  dengan  nama  Śrī Kṛṣṇa

Caitanya (nama yang diberikan kepadanya pada waktu didiksa menjadi sannyāsi) atau Caitanya Mahaprabhu; seorang suci dari Bengal, India Timur, tokoh Vaisnawa ‘pemuja Viṣṇu’ tersohor yang mengajarkan bhakti yoga.

Gītā : kependekan dari Bhagavad Gītā.

Gopala : secara harfiah berarti ‘pengembala sapi’, sebutan untuk Śrī Kṛṣṇa yang pada masa kanak-kanak menggembalakan sapi di Brindavan. Bhagavan Baba menyatakan bahwa kegiatan Śrī Kṛṣṇa tersebut merupakan permainan simbolis untuk menunjukkan misi Beliau sebagai pengembala jiwa-jiwa.

Gopuram : puncak tempat ibadat; kubah.

Gṛhastha : lihat penjelasan pada āśrama.

Hamsa : orang suci yang selalu berada dalam kesadaran Tuhan.

Hiranyagarbha Sukta :suatu kidung dalam kitab suci Ṛg Veda.

Hiranyakashipu  :  raja  iblis  yang  membenci  Viṣṇu;   ayah Prahlada.

Homa : ritual mempersembahkan benda-benda upacara ke dalam api pengurbanan.

Itihāsa : kisah kepahlawanan yang didasarkan pada sejarah seperti misalnya Rāmāyaṇa dan Mahābhārata.

Jarasandha : raja Magadha; musuh Śrī Kṛṣṇa.

Jayadeva:seorang suci dan penyair Sansekerta yang hidup pada abad ke-13.

Jivanmukta : orang yang telah mencapai kesadaran ātma dan bebas dari lingkaran kelahiran serta kematian.

Jñāna : pengetahuan sejati; pengetahuan tertinggi atau kebijaksanaan universal; penghayatan keesaan alam semesta bahwa tidak ada apa pun juga selain Tuhan.

Jñānakanda : bagian kitab suci Veda yang membahas pengetahuan diri sejati.

Jñānayoga : usaha untuk menghayati persatuan dengan Tuhan melalui pengetahuan kesunyataan.

Jnānendriya : lima indera persepsi yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan peraba.

Kaliyuga : lihat penjelasan mengenai yuga.

Kamsa : paman dan musuh Śrī Kṛṣṇa.

Kamyakarma:     tindakan     yang    dilakukan     karena     ingin memperoleh hasilnya.

Karmakanda : bagian dari kitab suci Veda yang berkenaan dengan karma.

Karmamārga : usaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan memberikan pertolongan, jasa, atau pelayanan kepada semua (makhluk), dan dilakukan dengan tanpa pamrih serta tanpa ego.

Karmendriya : lima organ kegiatan, yaitu: tangan, kaki, mulut, dan kedua pelepasan.

Kṛṣṇa : Avatar agung yang mengejawantah menjadi manusia pada zaman Dvāpara Yuga, pengejawantahan kasih dan kedamaian. Menurut Bhagavan Baba, Kṛṣṇa pada tanggal 20 Juli 3228 S.M. dan wafat tahun 3102 S.M. Secara harfiah Kṛṣṇa berarti:

  1. Ia yang menarik atau memikat,
  2. Ia yang mengolah hati manusia,
  3. Ia yang selalu berada dalam kebahagiaan jiwa. Kṛtayuga : lihat penjelasan pada kata yuga.

Linggam : secara harfiah berarti simbol; lambang prinsip ketuhanan yang tiada awal dan akhirnya.

Mādhavācārya : 1238-1317, lahir di wilayah Karnataka, India Selatan; tokoh filsafat dvaita ’dualisme’.

Mahatma : jiwa besar.

Manana : memikirkan dan merenungkan wejangan rohani yang telah dibaca, didengar, atau diperoleh dari guru spiritual yang sejati.

Manas : peralatan batin dalam fungsinya unuk berpikir; menurut Baba, manas juga merupakan kumpulan pikiran, keinginan, dan ketagihan.

Mandir : tempat ibadat.

Mantraśāstra : kitab suci yang berisi kidung-kidung pujian kepada Tuhan untuk diucapkan pada upacara persembahan.

Manu : penguasa dunia (dari segi spiritual) selama 71 mahayuga (atau catur yuga). Lihat penjelasan mengenal yuga.

Manudharma : aturan-aturan moral kuno yang ditetapkan oleh Manu.

Mīrā : 1547-1614, seorang wanita suci pemuja Śrī Kṛṣṇa, lahir dalam keluarga bangsawan Chitor di Marwar, India Utara.

Mokṣa : kebebasan dari belenggu kelahiran dan kematian; kebebasan dari segala keterbatasan, ikatan, dan perbudakan duniawi. Hal ini dicapai bila kesadaran individu manunggal dengan kesadaran Tuhan yang universal. Inilah tujuan akhir kehidupan manusia.

Nāmasmarana : mengulang-ulang nama Tuhan dengan tiada putusnya sambil merenungkan kemuliaan, kekuasaan, dan belas kasihan-Nya yang tidak terbatas.

Nāmayajña : mengucapkan nama Tuhan dengan lidah, membayangkan wujud-Nya dengan pikiran, dan memenuhi hati dengan kasih serta bhakti kepada- Nya.

Nāmdev : 1270-1350, seorang suci dari Phandarpur, Maharastra: pemuja Pandurangga (Śrī Kṛṣṇa).

Nanak : Guru Nanak (1469-1538), pendiri agama Sikkh. Lahir di Distrik Lahore yang sekarang merupakan Pakistan Barat. Sejak kecil ia sangat cerdas dan memiliki pengetahuan mengenai masalah-masalah kerohanian tanpa ada yang mengejarnya. Ketika disuruh menggembalakan sapi oleh orang tuanya, ia sering kedapatan sedang tenggelam dalam samādhi. Suatu hari ia mendapat wahyu dari Tuhan untuk pergi ke dunia ramai mengajarkan jalan cinta kasih serta toleransi. Ia menjelajah seluruh pelosok India dan mancanegara, antara lain Mekah, Medinah, Persia, Kabul, dan sebagainya, serta melakukan berbagai mukjizat. Wejangannya antara lain: Tuhan itu Maha Esa, tetapi mempunyai wujud yang tidak terhingga. Tuhan itu kasih. Tuhan berada dalam pura, masjid, dan dimana-mana. Semua manusia sama dalam pandangan Tuhan. Bhakti kepada Tuhan dan pelayanan kepada sesama manusia tanpa membedakan kasta, kepercayaan, dan warna kulit merupakan kewajiban setiap manusia. Ketika Guru Nanak wafat, kelompok pengikutnya yang beragam Islam dan Hindu bertengkar karena mereka ingin melakukan upacara sesuai dengan tradisi masing-masing. Pada waktu itu kain putih penutup jenazah beliau dibuka dan semuanya tercengang mendapati bahwa jenazah itu sudah lenyap, yang ada hanya seonggok bunga. Ajaran Guru Nanak dituliskan dalam kitab Guru Granth Sahib.

Nandanār : seorang suci dari Tamilnadu, India Selatan; pemuja Śiva.

Nandi : lembu jantan tunggangan Śiva. Dalam semua tempat pemujaan Śiva selalu ada patung Nandi yang menatap Śiva, melambangkan jiwa manusia yang merindukan Tuhan.

Nārāyaṇa : nama lain untuk Viṣṇu, Tuhan (yang transenden dan immanen) dalam aspek-Nya sebagai pelindung dan pemelihara alam semesta. Secara harfiah Nārāyaṇa berarti:

  1. Ia yang tinggal di air kausal (asal segala kehidupan) atau samudra yang melambangkan kebahagiaan yang tidak terhingga dan rahmat Tuhan yang tiada habisnya,
  2. Ia yang merupakan tempat beradanya seluruh​ umat manusia,
  3. Ia yang bersemayam dalam hati manusia,
  4. Ia yang merupakan tujuan akhir semua manusia.

Nirguna : tidak bersifat dan tidak berwujud.​

Nirguna Brahman: Tuhan Yang Mahamutlak dan tidak berwujud.

Nivṛtti Marga : jalan kerohanian yang ditempuh dengan melepaskan segala kelekatan pada objek-objek indra, memalingkan indra dari dunia material, dan mengarahkannya ke dalam batin.

Om : suku kata suci yang melambangkan Tuhan dan merupakan mahamantra.

Paramārtha : tujuan tertinggi.

Paraśakti svarūpa : perwujudan segala kekuatan.

Paśu : hewan; jiwa.

Paśupati : Tuhan sebagai penguasa semua makhluk.

Prahlāda : abdi Viṣṇu yang agung. Ia selalu mengucapkan nama Visnu dan  memuji-muji-Nya  sehingga ayahnya, raja iblis Hiranyakashipu, marah besar dan menyiksa serta berusaha membunuhnya. Akhirnya Viṣṇu mewujudkan diri sebagai Avatar Narasimha untuk menyelamatkan Prahlāda dan membunuh Hiranyakashipu.

Purāṇa : kitab suci yang menyampaikan kebenaran Veda dan peraturan dari kitab dharma Śāstra dalam bentuk aneka kisah pendek. Ada 18 Purāṇa dan 18 tambahan (Upa Purāṇa).

Puruṣartha : tujuan hidup manusia, yaitu dharma ‘perbuatan yang benar secara moral’, artha ‘kekayaan’, kāmā ’keinginan’, dan mokṣa, ‘kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian’. Dalam hal ini Bhagavan Sri Sathya Sai Baba berkata bahwa artha tidak boleh dipisahkan  dari   dharma   (cara   memperolehnya  dan  penggunaannya),   sedangkan   kāmā   tidak boleh dipisahkan dari mokṣa, yaitu manusia harus mendambakan mokṣa.

Puruṣa Sukta : suatu kidung dalam kitab suci Ṛg Veda.

Rādhā : bhakta agung pemuja Śrī Kṛṣṇa.

Rajaṛṣi : seorang yang lahir dalam kasta kesatria, tetapi melakukan sādhanā hingga menjadi ṛṣi.

Rāmakṛṣṇa Paramahaṃsa : 1836-1886, seorang suci dari Bengal, guru Swami Vivekananda.

Rāmdās : 1608-1681, seorang suci yang mengajarkan bhakti kepada Śrī Rāma. Ia lahir di wilayah Maharastra dan terkenal sebagai guru Maharaja Śivaji.

Ṛṣi : seorang arif bijaksana yang pikiran dan akal budinya telah disucikan dengan latihan rohani sehingga ia memiliki penghayatan ātma.

Śāstra : Śāstra atau smṛti yang dikenal sebagai dharmaśāstra adalah aturan-aturan moral yang menentukan tingkah laku individu, masyarakat, dan bangsa. Ada 18 kitab dharmaśāstra yang ditulis oleh tokoh-tokoh seperti Manu, Yājñavalkya, Parāshara, dan sebagainya.

Śāstra Adhyatma : kitab suci atau kitab kerohanian.

Sādhanā : latihan rohani.

Sādhu : peminat kehidupan rohani yang menempuh jalan kebajikan dan bebas dari kelekatan duniawi.

Saguna : memiliki wujud dan sifat.

Samhita : kumpulan mantra yang merupakan madah pujian bagi Tuhan.

Saṃsāra : proses kehidupan yang senantiasa berubah dalam aliran ruang dan waktu; lingkaran kelahiran dan kematian yang tiada berkeputusan.

Sandhyā : doa dengan japa mantra Gāyatrī yang dilakukan pada waktu subuh, tengah hari, dan magrib.

Sandhya Vandanam : pertemuan (malam dan pagi, siang dan malam), upacara doa sandhya.

Śaṅkara : tokoh terbesar yang mengajarkan filsafat non- dualisme. Anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa ini lahir di Kerala, India Selatan, pada abad ke-8. Dalam masa hidupnya yang hanya 32 tahun, beberapa kali ia berjalan kaki ke segala penjuru tanah India dan menegakkan tarekat pertapaan Hindu yang pertama dengan asram-asramnya di India Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Ia juga menulis ulasan yang penting mengenai Vedānta, Bhagavad Gītā, Upaniṣad, maupun puisi, doa, madah pujian, serta berbagai karya filsafat.

Śaṅkarācārya : gelar Śaṅkara sebagai guru.

Shāntam : śānti; kedamaian batin.

Santoshasadan : mahligai kebahagiaan.

Sannyāsa : lihat penjelasan pada āśrama.

Sannyāsadharma : dharma untuk para rahib Hindu.

Satya : kebenaran.

Satyadharma : kebenaran yang sejati.

Sattvik : sifat yang murni, luhur, tenang, dan seimbang.

Śakti Svarūpa : perwujudan kekuatan Tuhan.

Sishupala : raja   wilayah   Cedi;   musuh   Śrī   Kṛṣṇa.

Śiva : secara harfiah Śiva berarti ’baik, membawa keselamatan’.

Śiva juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti Mahadeva ’Dewa Tertinggi atau Yang Mahabesar’, Śaṅkara “Yang Maha Pemurah dan penuh belas kasihan’, Sambho ‘yang menganugerahkan kebaikan’, juga disebut Mrityunjaya ‘yang mengalahkan kematian’. Śiva juga dikenal sebagai pribadi ketiga dalam trinitas suci Hindu (Brahma: Tuhan dalam aspek-Nya sebagai pencipta, Viṣṇu: Tuhan dalam aspek-Nya sebagai pemelihara dan pelindung, Śiva: Tuhan dalam aspek- Nya sebagai penghancur dan pembaharu; tiga aspek dari satu Tuhan Yang Maha Esa).

Smarana : merenungkan kemuliaan Tuhan dengan tiada putusnya.

Sraddhā : iman dan keyakinan yang teguh.

Śrī Rāmacandra : Avatar Viṣṇu yang menjelma untuk menegakkan  dharma  pada  zaman Tretāyuga,  lahir dalam dinasti Raghu sebagai putra Maharaja Dasaratha penguasa kerajaan Ayodhya.

Sthitaprajna : orang yang telah menetap dalam kesadaran dan penghayatan ātma.

Stotra : kidung pujian bagi Tuhan.

Sūrdās : seorang suci tunanetra yang sering mendapat penampakan Śrī Kṛṣṇa, hidup pada abad ke-15, berasal dari Agra, India Utara: ia menggubah banyak sekali kidung-kidung kebaktian.

Svadharma : sva berarti ’aku; diri sejati; ātma, atau prinsip ketuhanan’; dharma adalah ’kelakuan yang benar secara moral’. Svadharma yaitu jalan ketuhanan atau dharma yang dilandaskan pada kesadaran ātma.

Taittirīya Upaniṣad : salah satu dari sepuluh Upaniṣad terpenting.

Tamoguṇa : sifat yang malas, tumpul, bodoh, lembam, lamban.

Tretāyuga : lihat penjelasan tentang yuga.

Tyāgarāja : (1767-1848) seorang suci, penggubah lagu, dan penyair tersohor dari India Selatan.

Tukārām : (1598-1649), seorang suci dari desa Dehu, dekat kota Puna, negara bagian Maharastra.

Tulsīdās : (1496 -1622), seorang suci dari bagian selatan Uttar Pradesh, India Utara; pemuja Śrī Rāma. Karyanya yang terkenal adalah Rāmcharit Manas yang dikenal sebagai Tulsī Rāmāyāna.

Uddhava : abdi dan sahabat Śrī Kṛṣṇa yang menjabat menteri pada waktu Beliau menjadi raja di Dvārakā. Sebelum dinasti Yādava musnah, Uddhava menerima bimbingan rohani terakhir dari Śrī Kṛṣṇa. Atas petunjuk Beliau, ia pergi ke Himalaya dan bertapa di Badarika hingga akhir hayatnya.

Upanayana : pendiksaan anak laki-laki ke dalam mantra Gāyatrī.

Upaniṣad : terbentuk dari akar kata sad ’duduk’ yang mendapat awalan upa dan ni. Ni berarti ’terus menerus, mantap, disiplin’. Upa berarti ’dekat’. Secara harfiah Upaniṣad berarti ’duduk di dekat guru kerohanian dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh wejangan yang diberikannya’. Upaniṣad merupakan  bagian akhir kitab suci Veda yang mengajarkan pengetahuan tentang Tuhan, mengungkapkan kebenaran teragung yang dapat dicapai manusia, dan mengandung filsafat yang merupakan intisari Vedānta.

Vāk : Suara.

Vānaprastha : lihat penjelasan mengenai āśrama.

Vairāgya : ketidakterikatan, yaitu: tidak terikat pada kesenagan yang berasal dari benda dan hal ikhwal duniawi; serta bebas dari keinginan-keinginan ragawi dan duniawi.

Vanaprasthadharma : dharma untuk tahap kehidupan yang ketiga, lihat penjelasan mengenai āśrama.

Varṇadharma : kaidah-kaidah moral dan tingkah laku yang ditentukan untuk setiap kasta

Vidvan : orang yang memiliki pengetahuan rohani, mengikuti dharma, dan arif bijaksana.

Vidyā : berasal dari kata ’hal yang’ dan vid ’menerangi’; hal yang menerangi; pengetahuan; kebijaksanaan; pendidikan.

Vijñāna : pengetahuan sejati; pengetahuan atau kebijaksanaan tertinggi.

Vijñāna Mandir : tempat untuk mengajarkan kenyataan diri yang sejati.

Vaikuṇṭha : surga.

Veda: berasal dari akar kata Vid, artinya ‘mengetahui’. Veda adalah pengetahuan spiritual yang suci mengenai kebenaran abadi. Kitab suci yang disusun oleh Mahaṛṣi Vedavyāsa ini merupakan sebagian dari shruti yang didengar atau diwahyukan’, yaitu sabda Tuhan yang didengar oleh para ṛṣi zaman dahulu ketika berada dalam tingkat kesadaran yang sangat tinggi. Pada mulanya jumlah Veda tidak terhitung banyaknya, tetapi setelah berabad-abad, kini hanya empat Veda yang ada, yaitu: Ṛg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharvana Veda.

Vedānta : secara harfiah artinya ’akhir dari Veda atau akhir dari segala pengetahuan’. Suatu filsafat yang berkembang dari bagian akhir kitab Veda yang disebut Upaniṣad, mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kesadaran Ilahi atau penghayatan kenyataan yang mahatinggi. Vedānta menerima semua guru spiritual yang agung dan aspek-aspek ketuhanan, baik yang mewujud sebagai pribadi maupun yang tidak mengenai pribadi tertentu, yang dipuja oleh agama-agama lain, dan menganggap semua itu sebagai manifestasi dari realitas Yang Maha Esa. Vedānta memperlihatkan kesatuan dasar semua agama, karena itu semua kebenaran spiritual dapat diekspresikan dalam kerangka Vedānta.

Viveka : kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, yang nyata dan tidak nyata, yang kekal dan sementara, antara diri sejati dan yang bukan diri sejati.

Vyāsa : putra Ṛṣi Parāśara. Pada mulanya bernama Kṛṣṇadvaipayana kemudian mendapat gelar Mahaṛṣi Vedavyāsa setelah menyusun kitab-kitab Veda. Beliau juga menulis Mahābhārata, salah satu karya sastra yang terbesar di dunia, Purāṇa, dan Upapurāṇa.

Yajña : upacara pengurbanan yang diselenggarakan sesuai dengan petunjuk Veda; persembahan atau pengurbanan untuk Tuhan; amal kedermawaan untuk manusia atau sesama makhluk. Bhagavan Sri Sathya Sai Baba menyatakan bahwa arti yajña yang sebenarnya adalah; mengatasi semua kecenderungan buruk atau sifat-sifat kebinatangan dalam diri manusia dan melemparkannya ke dalam api pengurbanan. Ini dilukiskan sebagai bhūtabali. Kata bhūtabali disalahtafsirkan sebagai ’pengurbanan binatang’ sehingga menimbulkan praktek-praktek yang keliru. Bali berarti ’pajak’. Dengan mengurbankan kecenderungan buruk atau sifat-sifat hewani dalam diri kita sebagai pajak kepada Tuhan, kita akan diberkati dengan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia.

Yogaśāstra : kitab suci atau kitab filsafat yang membahas cara-cara untuk mengendalikan pikiran dan indra sehingga lambat laun kesadaran manusia dapat manunggal dengan kesadaran Tuhan.

Yogi : orang yang hidup sederhana dalam tirakat serta latihan rohani dan memusatkan seluruh daya hidupnya pada usaha untuk manunggal dengan (kesadaran) Tuhan.

Yuga : dalam mitologi Hindu, kurun waktu di dunia ini dibagi menjadi empat zaman, yaitu sebagai berikut.

  1. Satya Yuga atau Kṛta Yuga.
  2. Tretā Yuga.
  3. Dvāpara Yuga.
  4. Kaliyuga.

Pada periode yang pertama (Satya yuga), kebajikan sangat menonjol, tetapi dalam setiap kurun waktu yang mengikutinya, kebajikan makin lama makin berkurang sedangkan kejahatan makin lama makin bertambah. Pada akhir kurun waktu yang keempat, yaitu Kaliyuga (sekarang kita berada pada zaman Kaliyuga ini), seluruh lingkaran terulang kembali, dimulai dengan Satya Yuga lagi dan seterusnya.