CHINA KATHA 1


VAIRAGYA - KISAH MOHAJITH

 

Bakti dan sikap saranagathi adalah akibat terakhir yang akan memberikan keberanian besar kepadamu untuk menghadapi kejadian yang tidak disangka-sangka. Keberanian semacam itulah yang disebut vairagya. Kisah Mohajith adalah sebuah contoh yang bagus untuk jenis vairagya yang tertinggi. Mohajit, seorang pangeran, mengunjungi seorang bijaksana di hutan dan mencari bimbingan di bidang spiritual. Orang bijaksana itu bertanya apakah ia telah mengalahkan moha (hasrat akan benda atau keterikatan pada benda), sesuai dengan arti namanya. Pangeran itu menjawab tidak hanya dia, tetapi demikianlah orang di seluruh kerajaannya! Maka orang bijaksana itu mulai menguji kebenaran perkataannya.

Diambilnya jubah pangeran itu dan dicelupkannya ke dalam darah kemudian ia pun cepat-cepat pergi ke gerbang istana untuk mengisahkan cerita yang mengerikan tentang terbunuhnya pangeran oleh beberapa orang jahat di hutan. Pelayan yang dijumpainya tak mau cepat-cepat menyampaikan berita itu ke istana, dengan alasan sebagai berikut: "Ia telah lahir dan sekarang ia mati; apakah keistimewaan dan pentingnya berita ini sehingga saya harus menyela kebiasaan sehari-hari dan berlari menjumpai Raja dan Ratu?" Ketika akhirnya ia mendapatkan kesempatan berjumpa dan dapat menyampaikan berita sedih itu pada ayah pangeran, Raja ini tetap duduk dengan tenang dan berbisik pada dirinya sendiri: "Sang burung telah hinggap di pohon untuk beristirahat."

Ratu juga tidak bergerak hatinya. Ia berkata pada orang bijaksana itu, bahwa dunia ini adalah tempat penginapan para kafilah, tempat orang datang dan tinggal semalam dan jika fajar menyingsing, maka satu demi satu pergi ke arah yang berlainan. Sanak keluarga adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut keterikatan ketika berkumpul di dalam penginapan selama hubungan yang singkat.

Istri pangeran yang mati itu juga tidak terpengaruh; katanya: "Suami dan istri adalah bagaikan dua potong kayu yang hanyut di sungai yang banjir; mereka terapung saling berdekatan untuk beberapa saat dan jika ada arus lewat, mereka berpisah. Masing-masing harus mengalir menuju ke laut dengan kecepatan dan waktunya sendiri. Tidak ada gunanya sedih karena mereka berdua berpisah. Memang harus demikian, itu adalah hal yang paling wajar."

Orang bijaksana itu amat gembira mengetahui kemantapan dan ketulusan vairagya antara yang memerintah dan yang diperintah. Ia kembali ke hutan dan memberi tahu pangeran bahwa ketika ia pergi, kerajaannya diserang tentara musuh dan mereka membunuh semua keluarga kerajaan, merampas kekayaannya dan rakyatnya dijadikan budak. Berita itu diterimanya dengan tenang dan berkata: "Semua ini hanyalah gelembung, tidak abadi, lemah. Biarlah mereka pergi seperti gelembung. Bimbinglah aku mencapai yang tidak terbatas, yang abadi".