CHINA KATHA 1
PEMUJAAN BHARATA TERHADAP RAMA
Dasar utama Rama adalah prinsip kasih sayang, yang turun dari surga karena anugerah Tuhan sebagai hasil pengorbanan yang agung. Rama berarti menyenangkan! Tidak ada suatu pun yang lebih menyenangkan daripada hati nurani sendiri, dan dengan demikian Rama juga dikenal sebagai Atma Rama. Bagaimana mungkin Bharata mau merebut mahkota yang menjadi hal Rama? Ketika Rama diasingkan dan Dasaratha meninggal karena patah hati akibat perpisahan dengan Rama, Bharata dan Satrugna sedang berada di ibu kota Kekaya. Mereka pun dipanggil pulang, dan ketika mereka masuk ke istana tanpa menyadari tragedi ganda yang menimbulkan kemurungan di seluruh kota, ia merasakan ada mala petaka. Wasishta yang menjadi guru keluarga menasehatinya agar naik tahta sebab seluruh kerajaan menderita karena kekosongan dalam pemerintahan.
Bharata memohon agar diizinkan pergi kepada "Tuhan yang dipujanya, Tuhan yang menerima hormat baktinya yang tidak berkeputusan." Wasishta memberi tahu bahwa itu adalah perintah ayahnya, dan menasehati agar ia duduk di singgasana sebagai raja. Bharata menjawab, bahwa permintaan itu adalah bukti kebencian yang amat sangat dari orang tuanya, rakyat, guru dan setiap orang di Ayodhya terhadap dirinya. Jika mereka mencintainya, mereka tidak akan memaksanya melakukan dosa yang sedemikian hina. Bharata berdiri di hadapan Wasishta dengan tangan terkatup dan memohon: "Apakah benar, apakah adil jika engkau membebani aku dengan kekuasaan atas suatu kerajaan, yang membunuh ayahku, menyebabkan ibu-ibuku menjadi janda, mengasingkan saudaraku yang paling aku sayangi, yang aku hargai lebih dari nafasku sendiri, ke dalam hutan yang penuh jin bersama ratunya tersayang dan yang akhirnya memberi aib yang tidak terhapuskan terhadap ibuku? Kerajaanku adalah negara yang diperintah Rama, yaitu hatiku, hati yang terlalu kecil untuk menampung Kemuliaan-Nya?" Nama Bharata sendiri arti bahwa ia dipenuhi kasih sayang Rama (bha-berarti Bhagawan, Tuhan, Rama; ratha berarti senang akan, bahagia atas, terikat pada.)
Semoga cinta pada Tuhan tumbuh di dalam hatimu seperti dalam diri Bharata. Semoga perasaan berbakti, yang bahkan sampai menolak singgasana, memenuhi dirimu. Maka engkau akan amat berguna bagi negara, kebudayaan, masyarakat, agama, dan kelompokmu. Jika tidak, semua kesulitan yang telah engkau alami untuk datang ke Sathsang, mendengarkan khotbah spiritual, mempelajari kitab suci dan lain-lain akan menjadi pelajaran yang sia-sia.