Wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba Tanggal 1 Mei 2008 di Whitefield
Manusia yang Tak Bermoral Sesungguhnya adalah Iblis
Bhaarat adalah tanah air banyak jiwa mulia yang sangat termasyhur di segala penjuru dunia. Inilah negeri orang-orang gagah berani yang dapat menaklukkan musuh dalam medan laga. Inilah tanah kelahiran banyak cendekiawan yang mengajarkan Veda dan kitab-kitab suci lain kepada orang-orang di mancanegara. Namun sayangnya, kini para putra Bhaarat telah melupakan prinsip-prinsip kehidupan spiritual dan menempuh jalan yang tidak benar.
( Puisi bahasa Telugu )
Salah satu ajaran utama Veda adalah Matru Devo Bhava, Pitru Devo bhava, Aachaarya Devo Bhava, Atithi Devo Bhava. Artinya, "Hormati ibu, ayah, guru, dan tamumu sebagai (perwujudan) Tuhan."
Satyam Vada, Dharmam Chara, "Ucapkan kebenaran, lakukan kebajikan", juga merupakan ajaran utama Veda. Namun, kini ajaran-ajaran Veda ini tidak terlihat atau terdengar di mana pun.
Landaskan Hidupmu pada Kebenaran dan Kasih
Di dunia dewasa ini, ke mana pun kita memandang, ketamakan dan keinginan manusia terus meningkat. Bahkan orang-orang di negara lain pun merasakan perlunya pengendalian indra.
Kini orang-orang menumpuk dosa karena menyalahgunakan indra mereka. Mempunyai keinginan itu boleh-boleh saja, tetapi harus dalam batas-batas tertentu. Kini manusia mempunyai keinginan yang tak terbatas. Selain itu, dewasa ini segala sesuatu sangat tercemar. Air yang kita minum, makanan yang kita makan, dan udara yang kita hirup, semuanya tercemar. Sesungguhnya kelima unsur alam telah tercemar.
Mungkin manusia mendapat pendidikan yang tinggi, membaca kitab-kitab suci, dan melakukan berbagai pelaksanaan spiritual seperti: japa, "mengulang-ulang nama Tuhan atau mantra, meditasi, yoga, dan yajna (upacara pengurbanan)" namun, semua ini akan sia-sia belaka bila ia tidak memupuk kebenaran dan kasih yang kini sudah dilupakan sama sekali. Siapa saja, bila berbicara mengenai apa saja, selalu ada unsur-unsur ketidakbenaran di dalamnya. Mengenai kasih, secara lahiriah orang kelihatan tersenyum, tetapi hatinya penuh racun. Bagaimana manusia dapat memperoleh kedamaian tanpa kebenaran dan kasih?
Dharma ‘kebajikan’ berasal dari Satya ‘kebenaran’. Itulah sebabnya dikatakan, “Satyaa Naasti Paro Dharmah,” artinya, "tiada Dharma yang lebih luhur daripada mengikuti kebenaran’. Di mana ada kebenaran dan kebajikan, di situ kedamaian akan datang dengan sendirinya.
Kehidupan manusia tergantung pada kelima unsur alam ini. Bagaimana kehidupan manusia bisa tetap tidak terpengaruh bila kelima unsur alam tercemar?
Manusia tampak berbicara dengan ramah, tetapi pikirannya penuh kebencian. Ini sangat tidak baik. Apakah tujuan kelahiran sebagai manusia? Siapakah manusia itu? Manusia adalah perwujudan Tuhan. Akan tetapi, bila ia menempuh jalan yang tidak benar, bagaimana ia bisa disebut seorang manusia? Itulah sebabnya kini sulit sekali menemukan manusia sejati di mana pun juga. Bahkan mereka yang berpendidikan tinggi, mempunyai gelar-gelar hebat, dan menduduki berbagai jabatan tinggi, tidak dapat disebut manusia bila mereka tidak mempunyai kebenaran dan kasih. Sesungguhnya mereka membuang-buang uang dan waktu dalam usaha untuk memperoleh apa yang disebut sebagai pendidikan tinggi, tetapi tanpa bobot.
Kasih hanya dapat berkembang dalam kedamaian. Di mana ada kasih, di situ tidak bisa ada kekerasan. Hanya dengan demikianlah manusia dapat melakukan segala kegiatannya pada tingkat fisik, mental, dan spiritual dengan damai. Karena itu, bila engkau ingin mempunyai kedamaian, yang paling penting engkau harus meningkatkan kasih. Bila engkau ingin mempunyai kasih, engkau harus mengikuti kebenaran. Namun, kini bahkan dalam masalah-masalah kecil pun orang-orang mengambil jalan yang tidak benar. Di samping itu, ia penuh amarah. Kemarahan itu memudarkan kebenaran dalam diri manusia.
Manusia lahir bukan untuk membangun rumah tangga atau mengisi perutnya, tetapi untuk mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya (menyadari kenyataan dirinya yang sejati sebagai kesadaran semesta, keterangan penerjemah). Jika ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hal ini, ia kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya. Manusia menjadi suci bila ia membebaskan dirinya dari keinginan.
Seorang ibu ingin melihat kebahagiaan anak-anaknya yang telah dibesarkannya dengan menanggung segala penderitaan dan kesulitan. Namun, sayangnya kini orang-orang tidak mencintai ayah dan ibu mereka. Sesungguhnya mereka tidak mencintai siapa pun.
Perwujudan kasih!
Di dunia ini, ke mana pun kita memandang, di mana saja, tidak ada kedamaian sedikit pun. Kita bahkan tidak menjumpai kedamaian pada para penjual bunga, penjaja sayuran, dan penjual kayu bakar. Di manakah kedamaian? Kedamaian hanya ada di dalam diri kita, dalam pembicaraan dan hati kita. Kedamaian tidak dapat ditemukan di dunia luar. Latihan spiritual apa pun yang mungkin kita lakukan seperti: japa, yoga, dan yajna, tidak dapat memberi kita kedamaian. Yang pertama dan terpenting, kita harus membuat hati kita mantap dan damai.
Di dunia ini, ke mana pun kita memandang, hanya konflik yang kita temukan. Bahkan sahabat karib yang saling mencintai pun bertengkar untuk masalah-masalah yang sepele. Sesungguhnya engkau tidak dapat menjumpai teman yang sejati di dunia ini. Sifat-sifat jahat dalam hati kitalah yang menyebabkan konflik. Karena itu, murnikan hatimu, bukan hati jasmani, melainkan hati spiritual. Jangan ada kotoran sedikit pun di dalamnya.
Hanya Tuhanlah yang Dapat Memberimu Kebahagiaan Sejati
Dewasa ini orang-orang mengumpulkan banyak uang. Akan tetapi, untuk apa? Apa yang akan mereka bawa bila meninggal dunia? Mereka harus pergi dengan tangan hampa. Pada waktu pergi, mereka bahkan harus meninggalkan badan mereka di dunia. Kelima unsur alam lebur dengan kelima unsur alam. Kemudian badan yang hampa itu diperabukan. Karena itu, jangan membanggakan badan atau hartamu. Uang datang dan pergi, moralitas datang dan berkembang. Kita harus meningkatkan moralitas. Walaupun berpendidikan tinggi, dewasa ini manusia sudah kehilangan moralitas mereka.
Orang yang tidak bermoral itu sama sekali bukan manusia. Sesungguhnya ia adalah iblis dalam wujud manusia. Di mana tidak ada moralitas, di situ tidak akan ada sifat-sifat kemanusiaan.
Hormati orang-orang yang lebih tua, perlihatkan rasa terima kasih kepada orang tuamu. Akan tetapi, dewasa ini orang-orang tidak mempunyai perasaan-perasaan seperti rasa terima kasih dan hormat. Mereka berpikir, “Mengapa kami harus menghormati orang-orang yang lebih tua? Mengapa kami harus mencintai mereka?” Kemana pun mereka pergi, mereka menghasratkan uang dan lebih banyak uang! Apakah harta kita yang sejati? Kasih adalah harta sejati kita. Bila kita memiliki harta kasih ini, kita dapat mempunyai segala sesuatu. Kita bahkan dapat menangkap awan-awan.
Segala sesuatu ada di tangan manusia dan semua dewata ada di dalam dirinya. Sesungguhnya ia tak lain adalah Tuhan dari kaki sampai kepala. Segala hal duniawi itu datang dan pergi bagaikan awan yang berlalu. Merasa bangga atas awan-awan yang berlalu ini merupakan kesalahan yang besar. Pada waktu berbicara, kita berbicara macam-macam, tetapi ketika tiba saat untuk melaksanakannya, perbuatan kita tidak sesuai dengan perkataan kita. Ini dosa yang besar.
Oh hadirin sekalian! Selain Tuhan, di dunia ini tiada seorang pun yang dapat memberimu kebahagiaan. Hanya Tuhanlah yang melindungimu dalam segala cara. Engkau harus senantiasa merenungkan Tuhan. Bila engkau selalu merenungkan Tuhan, engkau akan bebas dari segala kesedihan dan penderitaan.
Mungkin ada beberapa orang yang menertawakan engkau dan berkata, “Engkau selalu berkata Tuhan, Tuhan, Tuhan, tetapi apa yang telah diberikan-Nya kepadamu?” Tuhanlah yang memberimu segala sesuatu. Hanya Tuhanlah yang memberimu ganjaran, hukuman, dan perlindungan. Segala sesuatu adalah ( perwujudan ) Tuhan.
Ekam Sat Vipraah Bahudhaa Vadanti artinya, "kebenaran itu satu, tetapi kaum bijak menyebutnya dengan berbagai nama". Kita menyebut Tuhan dengan nama ini atau itu untuk kepuasan hati kita. Sesungguhnya segala nama adalah nama-Nya. Kita harus menyemayamkan Tuhan dalam hati kita untuk selama-lamanya.
Kesulitan apa pun yang kauhadapi, terimalah sebagai kehendak Tuhan. Tidak seorang pun tahu untuk apa Tuhan memberi berbagai kesulitan. Berpikirlah bahwa kesulitan-kesulitan itu dimaksudkan untuk kebahagiaanmu. Na Sukhaat Labhyate Sukham, artinya "kita tidak dapat memperoleh kebahagiaan dari kebahagiaan". Kesenangan adalah interval di antara dua kesedihan. Pikiran manusialah yang bertanggung jawab atas segala kesulitannya. Bila pikiran manusia terganggu, di mana-mana ia akan menjumpai kesulitan. Bahkan ia merasa muak dengan hidupnya. Ia mulai merasa bahwa hidupnya sia-sia. Pikiran manusia dan aneka keinginannyalah yang menyebabkan semua ini.
Jangan menyakiti, merugikan, atau menjahati siapa pun. Kasihi semua makhluk. Bantu dan layani semuanya. Engkau akan memperoleh manfaat yang tak terhingga dari kegiatan ini. Bila engkau menolong siapa saja, pertolongan ini akan menolongmu. (Kegiatan ) menolong seperti ini sekarang tidak terlihat di dunia. Ke mana pun engkau pergi, yang ada hanya aku, aku, milikku, milikku, milikku. Manusia begitu mengutamakan kepentingannya sendiri sehingga ia melupakan semua orang kecuali dirinya sendiri serta orang-orang yang dekat dan dicintainya. Vishwam Vishnu Svaruupam, artinya "seluruh alam semesta ini adalah perwujudan Tuhan".
Manusia itu bukan sekadar makhluk hidup, ia adalah (perwujudan) Tuhan. Karena itu, anggaplah setiap orang sebagai (perwujudan) Tuhan. Jangan menyakiti, merugikan, atau menjahati siapa pun secara fisik atau mental. Ada orang-orang yang mendapat kepuasan dengan menyakiti orang atau makhluk lain. Akan tetapi, kelak mereka harus menderita akibat-akibat segala perbuatan mereka. Mereka tidak mampu menyadari, kesulitan macam apa yang kelak harus mereka hadapi. Apa pun yang kaumakan, engkau hanya akan mendapat sendawa (dengan bau) makanan itu. Bila engkau makan mentimun, engkau tidak bisa mendapat sendawa (dengan bau) mangga. Karena itu, apa pun yang kaulakukan, akibatnya pasti akan kautanggung. Itulah sebabnya, selalulah melihat yang baik, lakukan perbuatan yang baik, ucapkan hal-hal yang baik, jadilah orang yang baik, dan alami hasil yang baik.
Apa pun yang dikatakan Tuhan, semuanya hanya untuk kebaikanmu. Krishna berkata, “Arjuna! Engkau cemas karena pandanganmu yang tidak berdasarkan pada kenyataan yang sebenarnya. Peperangan ini telah datang hanya untuk kemenanganmu. Kemenangan ini untuk apa? Kemenangan ini untuk memperlihatkan sifat ketuhanan manusia.”
Kasihi Semuanya dan Terimalah Kasih Tuhan
Perwujudan Kasih!
Segala kesulitanmu itu ibarat cermin. Mereka mengungkapkan wujudmu yang sesungguhnya. Engkau mempunyai berbagai jenis keinginan dan mengalami berbagai penderitaan sebagai akibatnya. Karena itu, jangan memberi peluang pada keinginan, jangan biarkan keinginanmu terus bertambah. Aneka keinginan yang tak terbataslah yang menyebabkan segala kesulitanmu. Tidak akan ada akibat tanpa sebab. Tidak ada tanaman muda yang bisa tumbuh tanpa benih. Karena itu, harus ada benih yang tumbuh menjadi pohon yang besar.
Siapa pun yang kaujumpai, anggaplah ia sebagai orang yang kausayangi. Anggaplah ia sebagai dirimu sendiri. Teruslah meningkatkan perasaan ini.
Siapakah engkau? Engkau berkata, “Saya anu dan anu.” Siapa namamu? Engkau berkata, “Nama saya Nagappa.” Dengan demikian setiap orang mempunyai nama yang berbeda-beda. Seandainya pun seluruh dunia bertanya kepada Tuhan, “Siapa nama Anda?”, Tuhan akan berkata, “Aku adalah Aku,” "Aham Brahmaasmi,” artinya, ‘Aku Brahman (kesadaran semesta)’. Sesungguhnya seluruh alam semesta ini diliputi Brahman.
Di dunia ini engkau tidak dapat menjumpai siapa pun tanpa Brahman (di dalam dirinya). Karena itu, siapa pun yang kaukecam atau kaupuji, kecaman atau pujian itu mencapai Tuhan. Bila engkau mengecam Tuhan, engkau tidak dapat menghindari akibatnya. Karena itu, jangan pernah mengecam Tuhan. Apa pun yang dikatakan orang lain tentang dirimu, biarlah dia berbicara. Berpikirlah bahwa ia tidak mengecam engkau, tetapi dirinya sendiri. Apa pun yang dikatakannya akan lenyap di udara. Apa gunanya bereaksi pada perkataan yang lenyap di udara? Hanya kasihlah yang sampai di hati.
Pikiran macam apa yang harus kaumiliki? Pikiranmu harus diresapi kebenaran. Engkau hanya dapat menghayati kasih bila pikiranmu benar dan jujur. Karena itu, tempuh hidupmu dengan kasih dan akhiri hidupmu dengan kasih.
Apa pun yang kaulakukan terhadap orang lain sesungguhnya kaulakukan terhadap dirimu sendiri. Perbuatan baik atau buruk, menolong atau mencelakakan, semuanya timbul akibat sangkalpa ‘pikiran’-mu. Karena itu, kasihi setiap orang. Bila engkau tidak bisa mengasihi orang lain, diamlah, tetapi jangan mencaci maki mereka. Sesungguhnya tidak seorang pun berhak mengecam orang lain. Kasih yang sama ada dalam setiap orang. Dapatkah kasih mengecam kasih? Tidak, tidak. Kasih tidak pernah mengecam. Kasih selalu memberikan penghayatan kasih kepada semuanya. Bahkan unggas dan margasatwa pun memiliki kasih. Jadi, mengapa manusia tidak mencintai sesama manusia? Bila manusia diberkati dengan demikian banyak keutamaan, ia harus mengasihi sesama manusia. Hanya dengan demikianlah ia akan menerima kasih Tuhan. Karena itu, kasihi setiap orang dan capailah kasih Tuhan.
Gabungkan kasihmu dengan kebenaran. Jangan pernah menempuh jalan yang tidak benar. Engkau hanya bisa mempunyai kasih melalui kebenaran. Di mana ada kebenaran dan kasih, di situ terdapat kedamaian. Di mana ada kedamaian, di situ terdapat tanpa kekerasan. Karena itu, terutama sekali, manusia harus meningkatkan kebenaran dan kasih. Kemudian ia tidak akan melakukan kekerasan. Apa pun latihan spiritual yang kaulakukan seperti tirakat, yajna, atau yoga, penuhi semuanya dengan kasih.
Tuhan adalah kerabatmu yang sejati. Tuhan datang kepadamu dalam wujud putramu, putrimu, temanmu, dan semua kerabat lain. Tuhan adalah sahabatmu yang sejati dalam segala kesulitanmu. Itulah sebabnya Beliau disebut Aapadbandhava, ‘teman yang menolong dalam kesulitan’. Akan tetapi, bagaimana kita harus menyikapi pertalian ini? Janganlah kita menyikapinya pada taraf jasmani.*)
Ini sebuah contoh kecil. Segera setelah menikah, suami dan istri menjalin hubungan yang akrab. Mereka berkata kepada satu sama lain, “Engkau adalah aku dan aku adalah engkau.” Akan tetapi, setelah seminggu, ada perubahan dalam pertalian ini, kemudian istri adalah istri dan suami adalah suami. Segera setelah menikah, pada waktu suami dan istri pergi berdua, ketika sang suami melihat sepucuk duri di jalan, ia khawatir sekali kalau-kalau duri itu melukai istrinya. Begitu melihatnya, ia berteriak, “Duri, duri, duri,” dan menarik istrinya agar wanita itu terhindar dan selamat. Ia begitu penuh cinta dan perhatian! Seminggu setelah itu, mereka pergi ke pasar. Di situ sang suami melihat duri lagi dan berkata kepada istrinya, “Ada duri di situ, tidak dapatkah engkau melihatnya?” Beberapa hari kemudian, ketika ia melihat duri lagi, ia berteriak dengan marah, “Apakah engkau buta?” Hanya dalam beberapa hari, cinta (duniawi) ini berubah. Bila kita menaruh kepercayaan kita pada cinta semacam ini dan menempuh hidup kita dalam cinta semacam ini, berapa lama kita bisa hidup? Cinta semacam ini berubah hanya dalam beberapa hari. Cinta jasmani itu sama sekali bukan kasih. Kedua badan dapat diibaratkan dengan dua gelembung air. Keduanya berisi udara. Gelembung yang ini akan pecah dan yang itu juga akan pecah. Bila gelembung pecah, udara akan menyatu dengan udara. Karena itu, bukan cinta semacam inilah yang harus kita dambakan. Kasih dari hati ke hatilah yang penting. Kasih dari hati ke hati inilah yang mencapai Tuhan.
Kidung Suci yang Dilantunkan Bersama Orang Banyak Bermanfaat bagi Semua Pesertanya
Di sini banyak sekali orang yang datang untuk ikut serta dalam kidung suci. Apakah mereka semua mempunyai keyakinan yang teguh dan bakti? Dapatkah mereka semua mendapat kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian (mukti)? Tidak, sama sekali tidak. Dari semua orang ini, hanya doa-doa sepuluh orang yang mungkin mencapai Tuhan. Kidung suci untuk umum diselenggarakan dengan harapan bahwa dari demikian banyak peserta, kasih beberapa orang di antara mereka mungkin mencapai Tuhan. Kidung suci juga dimaksudkan untuk memupuk kasih kepada Tuhan dalam masyarakat pada umumnya. Guru Nanaklah yang memulai penyelenggaraan kidung suci untuk umum.
Suatu kali ada yang bertanya kepadanya, “Demikian banyak orang bernyanyi bersama. Apakah Tuhan akan mendengarkan mereka semua?” Ia menjawab, “Mungkin setidak-tidaknya kasih satu atau dua orang akan mencapai Tuhan. Itu sudah cukup untuk melindungi mereka semua.” Karena itu, kita harus menyelenggarakan kidung suci untuk masyarakat (samashti bhajan). Masyarakat (samasthi) terbentuk dari kumpulan individu (vyashti). Bila banyak orang berkumpul dan membentuk paguyuban (komunitas), kekuatan mereka akan meningkat. Tuhan (Parameshti) tidak menciptakan alam semesta (srishti) ini sekadar untuk iseng. Tuhan melakukannya untuk mengungkapkan kemenunggalan segenap ciptaan. Kemenunggalan adalah prinsip yang mendasari ciptaan. Ciptaan ini dimaksudkan untuk membantu mengembangkan prinsip kasih dalam semuanya.
Namun, sayangnya dewasa ini partai-partai politik mengkotak-kotakkan warga masyarakat berdasarkan partai. Empat orang anggota satu keluarga menempuh empat jalan yang berbeda dan menyekat rumah keluarga menjadi empat bagian. Ini sangat tidak baik. Sekalipun ada 400 orang dalam satu keluarga, harus ada persatuan di antara mereka. Setiap orang harus menolong tetangganya. Semua harus saling menolong. Hanya dengan demikianlah akan ada harmoni di dunia ini. Jika tidak, tujuan penciptaan dunia ini tidak terpenuhi.
Engkau harus ikut serta dengan sepenuh hati dalam kidung suci dan menyanyikan kemuliaan Tuhan. Jika engkau tidak dapat melakukan latihan spiritual yang lain, lantunkan nama Tuhan. Cukuplah itu. (Di sini Swami menyanyikan kidung suci, “Hari Bhajan Bina Sukha Shaanti Nahin” "tanpa menyanyikan nama Tuhan, tiada sukacita dan kedamaian". Engkau tidak dapat mencapai kedamaian dan kebahagiaan tanpa kidung suci. Kedamaian hanya dapat dicapai melalui kidung suci, dan tidak dengan cara apa saja lainnya. “Hari Naam Bina, Aananda Nahin,” "Tanpa melantunkan nama Tuhan, engkau tidak dapat memperoleh kebahagiaan jiwa." “Japa Dhyaana Bina, Samyoga Nahin,” ‘tanpa melakukan japa dan meditasi, engkau tidak dapat menunggal dengan ( kesadaran ) Tuhan’.
Apa yang dimaksud dengan yoga? Yoga bukan sekadar duduk diam dengan mata terpejam. Apa yang dimaksud dengan meditasi? Meditasi bukanlah mengingat Tuhan dengan mata terpejam. Engkau harus menyemayamkan Tuhan di dalam hatimu. Jangan beranggapan bahwa engkau berbeda dari Tuhan. Engkau harus menunggal dengan (kesadaran) Tuhan.
Wujud Tuhan yang dilukiskan sebagai separo pria dan separo wanita (ardhanariishvara) melambangkan kebenaran ini. Wujud ini menggambarkan wanita dan pria. Yang satu melambangkan jiwa (kesadaran individu) dan yang satunya lagi melambangkan Tuhan (Brahman atau kesadaran semesta). Yang dimaksud dengan kebebasan sejati adalah menunggalnya kesadaran individu (jiwa) dengan kesadaran semesta (Tuhan).
Di mana ada jiwa, di situ ada Tuhan. Karena itu, tidak perlulah manusia mengejar-ngejar Tuhan. Tuhan ada dalam semua jiwa (kesadaran individu). Jangan menganggap dirimu hanya sebagai jiwa, berpikirlah bahwa engkau adalah kesadaran semesta (Tuhan). Engkau menganggap dirimu sendiri sebagai jiwa karena kelekatanmu pada badan. Jangan lakukan hal itu. Atma yang sama ada dalam semuanya. Bila engkau mempertimbangkan prinsip atma ini, maka sebenarnya semuanya adalah satu (kesadaran semesta).
Banyak sekali orang hadir di pendapa ini. Atma dalam diri mereka semuanya satu dan sama. Ada satu matahari di angkasa. Matahari ini menerangi seluruh dunia. Demikian pula Tuhan dapat diibaratkan dengan matahari yang menerangi hidup semuanya. Bila kita mengecam orang lain, kita meliputi diri kita sendiri dengan kegelapan. Karena itu, kasihi, bantu, dan layanilah semuanya. Bila ada orang yang mengecammu, biarlah ia melakukannya. Kecaman itu akan lenyap di udara. Dengan demikian, selalulah berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengecam engkau.
Percayalah bahwa Tuhan akan selalu melindungi engkau. Pupuklah keyakinan yang teguh kepada Tuhan. Ada banyak orang yang menyangkal adanya Tuhan. Jika Tuhan tidak ada, dari mana engkau datang? Di manakah tempat asalmu? Bila engkau tidak percaya kepada Tuhan, seluruh hidupmu akan sia-sia belaka.
Selalulah Mengingat Tuhan
Karena itu, perwujudan kasih, pupuklah kebenaran dan kasih. Bila engkau mempunyai kebenaran dan kasih, maka engkau akan mempunyai kedamaian. Bila engkau mempunyai kasih, engkau dapat menempuh seluruh hidupmu dengan bahagia. Engkau tidak akan mempunyai rasa benci kepada siapa pun. Engkau hanya akan mempunyai rasa benci bila engkau tidak mempunyai kasih dan kebenaran. Engkau harus menyatukan kasih dan kebenaran dalam hidupmu.
Bila engkau mempunyai kasih, engkau akan mengasihi semuanya, engkau akan membuat semuanya bahagia. Karena itu, semayamkan kasih dan kebenaran dalam hatimu dan jangan pernah kaulupakan, bahkan dalam mimpi pun engkau tidak boleh melupakannya.
Mimpi hanyalah reaksi, cerminan, dan gema tahap jaga. Apa pun yang kaulakukan pada siang hari, akan datang kepadamu sebagai mimpi pada malam hari. Mimpi itu ibarat awan yang berlalu. Jangan mengejar mimpi. Berpegang teguhlah pada Tuhan yang benar, abadi, dan tidak berubah. Bila engkau berpegang teguh kepada Tuhan, engkau dapat mencapai apa saja. Kemudian engkau tidak akan merasa takut dan cemas.
Biarlah orang-orang berbicara apa saja sesuka mereka. Jangan kauhiraukan. Anggaplah bahwa mereka mengecam badanmu, bukan dirimu yang sejati. Jangan terlalu mementingkan badanmu. Engkau bukan badan. Bila engkau berkata, “Ini badanku,” maka engkau harus bertanya kepada dirimu sendiri, “Siapakah aku?” (Kesadaran) aku ini bukanlah kesadaran individu, ini adalah (kesadaran) aku yang mendasar (universal). (Kesadaran) aku ini tidak hanya berkaitan dengan individu tertentu, tetapi dengan semuanya.
Lambang salib ( + ) pada agama Kristen menunjukkan dipotong atau dilenyapkannya kesadaran aku yang bersifat individu. Hanya bila kaulenyapkan kesadaran aku yang bersifat perseorangan, maka engkau dapat mencapai Tuhan (kesadaran semesta). Karena itu, lenyapkan perasaan “aku” dan “milikku” yang sempit. Engkau berkata “anak laki-lakiku” (naa koduku dalam bahasa Telugu), “anak perempuanku” (naa bidda). Di sini kata naa (yang secara harfiah berarti milikku) berarti “tidak”; itu berarti “tidak ada apa pun”. Hanya Tuhanlah yang selalu bersama kita. Segala sesuatu adalah ( perwujudan ) Tuhan.
Engkau harus selalu mengingat Tuhan. Jangan membuang waktu sedetik pun. Membuang waktu sedetik saja adalah pemborosan yang sangat besar. Bila engkau memikirkan Tuhan, walaupun hanya sedetik, engkau akan menghayati kebahagiaan jiwa yang besar.
Jika engkau dicekam kesedihan dan penderitaan, pejamkan matamu dan ingatlah Tuhan. Ini akan memberimu kedamaian. Jangan merasa sedih atau sengsara mengenai apa saja. Hadapi segala situasi dengan berani dan tabah. Keberanian dan ketabahan adalah kekuatanmu yang sejati. Sebagai bakta Tuhan, engkau harus merenungkan Beliau setiap saat dalam hidupmu. (Bhagawan menyanyikan kidung suci, “Raama Raama Raama Siitaa ...,” kemudian melanjutkan wacana ).
Para mahasiswa menyanyikan kidung suci,
“Kausalyaatmaja Raama charan, Vaidehii priya Raama charan, Bharataarchita Sri Raama charan, Ahalyodhaaraka Raama charan, Hanumaatsevita Raama charan.”
Artinya,
"Selalulah memuja kaki suci Sri Raama putra Kausalyaa,
Yang dikasihi Vaidehii (secara harfiah berarti putri Raja Videha/Janaka, yaitu Siitaa),
Yang dipuja oleh Bharata, diabdi oleh Hanumaan,
Dan yang menyelamatkan Ahalyaa"
Kelima pribadi yang disebutkan dalam kidung suci ini sangat disayangi Raama. Dengan cara ini, setiap Avatar memilih beberapa orang yang mujur untuk menerima karunia khusus Beliau. Orang-orang yang dipilih itu adalah mereka yang telah menyerahkan diri secara total kepada Sang Avatar.
Raama adalah atma yang menjiwai hidup Ibu Kausalyaa. Raama berkata, “Kausalyaa melahirkan Aku. Tanpa Kausalyaa, bagaimana Aku bisa menjelma? Karena itu, ibu-Ku adalah Tuhan-Ku.”
Baris kedua nyanyian itu berbunyi, “Vaidehii Priya Raama Charan." Di sini yang dimaksud dengan Vaidehii adalah orang yang sudah tidak melekat pada badannya.
Baris berikutnya adalah, “Hanumaatseva Raama Charan.” Hanumaan selalu hanya memikirkan Raama dan terus mengucapkan, “Raama, Raama, Raama.” Suara, “Raama, Raama, Raama,” timbul dari setiap pori-pori tubuhnya. Suatu kali Raama bertanya kepadanya, apa yang sedang direnungkannya. Hanumaan menjawab, “Swami! Setiap bulu di badan saya melantunkan nama Swami!” Sambil berkata demikian, ia mencabut sehelai bulu dari badannya dan mendekatkannya ke telinga Raama. Raama sendiri mendengar suara “Raama, Raama, Raama,” timbul dari bulu itu.
Karena itu, pada waktu kita merenungkan nama Tuhan, seluruh diri kita harus diliputi oleh kesadaran Tuhan. Setiap pikiran, perkataan, dan perbuatanmu harus diliputi dengan nama Tuhan. Hanya dengan demikianlah engkau dapat benar-benar menjadi suci.
Daivam manusha ruupena.
Artinya,
"Tuhanlah yang mengambil wujud manusia ini."
Tuhan menjelma dalam wujud manusia. Orang yang terus menerus mengucapkan nama Raama atau nama wujud Tuhan yang lain adalah manusia sejati. Bahkan seorang atheis ‘orang yang tidak percaya kepada Tuhan’ pun berteriak, “Aduh Raama!”, bila ia kesakitan. Orang lain berteriak, “Oh Raama!” Bila ia terluka. Karena itu, pada suatu waktu, setiap orang harus mengucapkan nama Tuhan.
Kita harus selalu tenggelam dalam (perenungan) nama Tuhan. Lantunkan nama Tuhan yang mana saja: Raama, Krishna, Allah, Yesus. Tuhan disebut dengan banyak nama, namun Beliau satu (kesadaran semesta) Yang Maha Esa. Ada banyak kue manis seperti misalnya: mysorepak, gulab jamun, burfi, palakova, jilebi, dan sebagainya, tetapi gulalah yang membuat semua kue itu manis. Demikian pula prinsip ketuhanan dalam semua nama itu sama.
Aku satu, tetapi Aku ada dalam setiap makhluk, dalam segala wujud. Ada kemenunggalan dalam ciptaan-Ku, tetapi engkau melihat keanekaragaman karena pandanganmu tidak sempurna. Engkau harus melihat kemenunggalan dalam segala ciptaan.
Jangan mengikuti pandanganmu. Matamu melihat yang baik dan yang buruk. Bila mata seseorang terganggu, ia melihat dua benda, bukannya satu. Kekurangan atau cacatnya terletak pada kemampuan pandanganmu. Sesungguhnya Tuhan itu satu, Maha Esa. Ucapkan nama Tuhan yang mana saja, tetapi lantunkan dengan kasih. Bila kaulantunkan nama Tuhan dengan hati penuh kasih, engkau akan menghayati kasih di mana-mana.
Wacana Bhagawan di Pendapa Sai Ramesh Krishan, Brindaavan, Whitefield – Bangalore, 1 – 5 – 2008.
*Penjelasan
Yang dimaksud di sini yaitu hubungan kita dengan Tuhan itu tidak seperti hubungan kita dengan teman, istri, anak, dan sebagainya yang bersifat terbatas, dapat berubah, atau lenyap. Hubungan kita dengan Tuhan bukan hubungan sosial, tetapi jauh melampaui segala jenis pertalian lain, tidak terbatas, tidak berubah, dan abadi.
Diterjemahkan oleh; Dra.Retno Buntoro
Berikut adalah audio dari wacana ini: