Makna Kehidupan Sri Rama
Nilai/Pelajaran | : | Ram Navami |
Tujuan | : | Untuk menjelaskan makna awatara Rama dan bagaimana hubungannya dengan kehidupan kita |
Usia | : | 9-12 tahun |
Metode Pengajaran | : | |
Duduk Hening | : | Meditasi Cahaya |
Doa | : | Gayatri Mantra |
Cerita : Rama Mematuhi Perintah Ayahnya
Raja Dasharata telah mengabulkan harapan sang Ratu Kaikeyi. Setelah melalui pencucian otak oleh pelayannya, Ratu Kaikeyi meminta raja untuk mengucilkan Rama dan sebagai gantinya memahkotai Bharata. Sang Raja mencoba untuk berdiskusi dengannya agar membatalkan niatnya, tetapi ia tidak mau mendengar. Rama malah memberitahu ayahnya bahwa ia dengan senang hati pergi dan menghabiskan 14 tahun di hutan. Rama tidak pernah membangkang perintah orang tuanya. Ia menganggap kata-kata orang tuanya, baik benar maupun salah, sebagai titah Dewa.
Ram Navami - Festival Lahirnya seorang Pahlawan
Ram Navami adalah sebuah festival untuk merayakan kelahiran Sang Rama, putra dari Raja Dasharata. Ini merupakan peristiwa penuh suka cita di Ayodhya berabad-abad yang lalu ketika penerus Raja Dasharata akhirnya lahir. Seperti mimpi menjadi kenyataan bagi sang raja karena tidak memiliki penerus telah mengganggu pikirannya selama bertahun-tahun. Sang Rama merupakan awatara dari Dewa Wisnu yang turun ke bumi untuk berperang melawan Rahwana yang tak terkalahkan, dalam wujud manusia. Dewa Brahma telah menerima keluhan dari semua Dewa mengenai malapetaka karena Rahwana telah membuat keonaran di bumi, namun karena Dewa Brahma telah memberikan Rahwana kesaktian yang sangat banyak, ia tidak dapat dibunuh oleh Dewa. Tetapi Rahwana menjadi terlalu percaya diri hingga ia tidak menyangka akan ada serangan dari manusia. Maka Dewa Wisnu setuju untuk pergi ke bumi dengan menyamar sebagai Pangeran Rama, putra dari Raja Dasharata dan Ratu Kaushalya.
Pengabdian Sang Rama Pada Orang Tuanya
Raja Dasaratha adalah ayah dari Sang Rama. Ketika ia menyadari bahwa dirinya semakin tua, ia berpikir, "Saya sudah hidup cukup lama! Saya akan turun tahta dan menobatkan Rama sebagai raja." Raja mengabarkan keputusannya pada semua orang. Ia memberitahu para pendeta untuk memulai ritual suci yang akan menjadikan Rama sebagai raja Ayodhya.
Semua bergembira dengan keputusan tersebut dan persiapan dimulai untuk upacara penobatan Rama. Kaikeyi, istri termuda dari tiga istri raja Dasaratha, juga telah mendengar berita ini. Pelayannya Manthara tidak ingin Rama menjadi raja. Malam itu, ia diam-diam berbicara dengan Kaikeyi. Kaikeyi bertemu Dasaratha dan berkata, " Oh rajaku yang berkuasa dan suamiku yang kukasihi, kau menjanjikanku dua hal. Dengarkanlah permintaanku sekarang agar dapat kau penuhi." Sang raja dengan enggan mendengarkan permintaan istrinya. "Pertama," ia memulai. "Aku harap agar putraku, Bharata, diberikan tempat di tahta Ayodhya. Kedua, Aku ingin Rama dikucilkan dari kerajaan selama tidak kurang dari empat belas tahun." Sang raja berlutut dan memohon kepada istri mudanya agar tidak memaksanya memenuhi permintaan yang mengerikan itu. Sebagai seorang yang beriman dan jujur, ia tahu ia tidak dapat mengingkari janjinya. Namun, ia tidak sanggup meminta Rama untuk meninggalkan tahta dan pergi selama empat belas tahun. Wajahnya pucat dan ia tak mampu berkata-kata. Kaikeyi memberitahu Rama tentang kabar buruk tersebut. Bukannya berdebat, Rama justru menenangkan ayahnya. "Ayahanda, titahmu adalah hukum. Saya harus melaksanakan apapun yang ayahanda perintahkan. Merupakan tugas suci seorang putra untuk menghormati ayahnya. " Kemudian ia berpaling kepada ibunya Kausalya, dan memohon, "Tolong pastikan bahwa ayahanda menjadikan Bharata sebagai putra mahkota." Rama berlutut dan menyentuh kaki orang tuanya penuh hormat. Ia berdiri, berbalik dan meninggalkan istana. Ia dengan senang hati memutuskan untuk meninggalkan segala kenyamanan di istana untuk mematuhi perintah ayahnya. Lakshmana menyatakan, "Aku akan menghancurkan siapapun yang mengambil hakmu di tahta...." Rama menyahut, "Tidak, Lakshmana. Engkau tahu inilah tugas suciku, dharmaku, untuk menyelesaikan permintaan ini." "Saudaraku, jika kau harus meninggalkan Ayodhya, aku akan ikut bersamamu," kata Lakshmana. Rama mencoba untuk meyakinkan Sita untuk tinggal, namun ia sambil terisak berkata, "Dan ini adalah tugasku, dharmaku, sebagai seorang istri untuk berada di sisimu. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu? Aku harus ikut bersamamu." Rama berusaha keras untuk meyakinkan mereka namun mereka bersikeras. "Bailah, Sita, ikutlah bersamaku," kata Rama. Rama juga mengizinkan saudaranya untuk ikut bersama mereka. Saat ketiganya meninggalkan istana, mereka menanggalkan jubah kerajaan mereka dan mengenakan pakaian pertapa. Mereka pergi untuk menjalani hidup sederhana di hutan dan meninggalkan semua kenyamanan yang ada di istana! Rakyat Ayodhya meratap ketika Rama, Sita dan Lakshmana melewati kota. Ketika kereta kuda hilang dari pandangan, Dasaratha berseru, "Rama! Rama! Jangan tinggalkan ayah." Seiring berjalannya waktu, Dasaratha kehilangan semangat hidupnya. Setelah beberapa hari, Rama, Lakshmana dan Sita menyeberangi sungai Gangga dan membangun pondok kecil di dekat anak sungai bernama Chitrakoot. Beberapa hari telah berlalu. Lakshmana, ketika sedang berburu di hutan, mendengar suara tentara mendekat. Ia
terkejut karena ia melihat pemimpin penunggang kuda membawa bendera Ayodhya. Orang itu adalah Bharata! Bharata memeluk saudara-saudaranya. Ia menangis, "Hatiku dipenuhi dukacita dan rasa malu, dukacita karena kehilangan ayah kita yang terpuji dan malu karena ditawari tahta yang menjadi hakmu. Kembalilah ke Ayodhya dan menjadi raja kami." "Itu tidak mungkin," ujar Rama. "Aku sudah berjanji dan aku akan tinggal di sini selama empat belas tahun dan tidak kurang dari itu. Hanya setelah itu aku akan kembali." Tidak ada yang dapat menggoyahkan Rama. "Rama, saudaraku," Bharata menyatakan, "Selama engkau dalam pengasingan, tidak seorangpun yang akan menjadi raja. Untuk memastikannya, beri aku sandalmu. Aku akan menempatkannya di singgasana. Selama empat belas tahun ke depan aku akan mengabdi pada negeri kita atas namamu. Dan jika setelah empat belas tahun engkau tidak kembali, aku akan membakar diriku dan mati." Bharata membawa sandal Rama, menunggang kudanya, dan meninggalkan hutan. Rama teguh dengan pendiriannya dan tidak tergoyahkan bahkan sedikitpun untuk kembali ke Ayodhya. Ia telah melepaskan semua kenyamanan istana dan tinggal di hutan belantara untuk menepati janjinya pada ayahnya.
Pertanyaan:
1. Pelajaran apa yang engkau dapatkan dari cerita ini?
2. Apa yang engkau teladani dari Rama ?
3. Apa yang menyebabkan Rama pergi ke hutan?
4. Mengapa Rama tidak kembali ke kerajaan ketika saudaranya Bharatha telah berulangulang mengajaknya?
5. Bagaimana Rama hidup di hutan tanpa kenyamanan istana?
6. Apa yang engkau pelajari dari Bharata dan Lakshmana?
Aktivitas/Permainan : Mewarnai gambar Sri Rama
Lagu: – Lagu Bhajan Om Shree Ram Jai Ram
Om Shree Ram Jai Ram Jai Jai Ram
Seetha Ram Seetha Ram Seetha Ram
Radhey Shyaam Radhey Shyaam Radhey Shyaam
(Victory to Lord Shree Ram, Lord of Sita, Krishna, Lord of Radha)
(Kemenangan untuk Sri Rama, Sita, Sri Krishna, Radha)